4 Sikap Seorang Muslim Ketika Pergantian Tahun Baru Hijriah1447

Sukran Jayadi--
Khatib : Sukran Jayadi, S.Sos.I, M.Pd.I
(Khatib Adalah Penyuluh Ahli Madya dan Ketua PD IPARI Kota Bengkulu)
Disampaikan di : Masjid Jami' Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu
Jamaah Jumat Masjid Besar Jami’ Babussalam yang berbahagia.
Hari ini kita berada di Jumat pertama tahun 1447 Hijriyah tepatnya adalah 1 Muharram 1447 H atau bertepatan tanggal 27 Juni 2025 M. Begitu cepat waktu berlalu, Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan kini tahun pun telah berganti. Setiap pergantian satuan waktu adalah momentum bagi kita untuk bermuhasabah atau mengevaluasi diri. Muhasabah adalah keharusan bagi seorang muslim. Allah SWT telah berfirman yang artinya:
''Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS. Al Hasyr {59}: 18)
Dengan datangnya tahun baru 1447 H, sikap kita sebagai seorang muslim paling tidak melakukan 4 (empat) hal berikut, sebagai upaya untuk menjaga keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat dengan bekal yang terbaik. Adapun keempat sikap tersebut adalah :
1). Mu’ahadah (Memiliki kesungguhan dalam ibadah)
Jamaah Shalat Jumat Masjid Besar Jami’ Babussalam rahimakumullah.
Suatu hari datang serombongan laki-laki menghadap Rasulullah Saw di Madinah. Mereka tidak memakai alas kaki. Sebagian diantara mereka tidak memakai baju. Sebagian lagi bajunya compang-camping. Mereka berasal dari Bani Mudhar.
Melihat mereka, Rasulullah terenyuh. Maka beliau membacakan Surat Al Hasyr ayat 18 tersebut, lalu memerintahkan para sahabat untuk bersedekah. Saat itu, ada seorang sahabat yang bergegas bersedekah. Padahal dia bukan orang kaya. Ia datang dengan membawa kurma dalam genggaman tangannya, sampai tidak muat.
Melihat sahabat ini, sahabat-sahabat lain kemudian bergerak, pulang ke rumah dan kembali menghadap Rasulullah dengan membawa sedekah. Rasulullah senang melihat Bani Mudhar terbantu. Lantas beliau bersabda: Barangsiapa mempelopori kebiasaan yang baik dalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. (HR. Muslim)
Dalam surat Al Hasyr ayat 18 tersebut Allah memerintahkan kita untuk melakukan muhasabah. Namun Allah mengawalinya dengan perintah taqwa. Taqwa inilah manifestasi dari mu’ahadah kita kepada Allah SWT. Karena sebelum lahir ke dunia, kita telah diambil janji setia kepada Allah. Kita semua lupa perjanjian di alam ruh itu, tapi Al Quran mengingatkan kita dalam firman-Nya yang artinya:
''Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS. Al A’raf {7}: 172)