Memohon Dijauhkan dari Hati yang Mati

Ilham Robbyansa--
Satu hal yang paling penting di balik kesalahan-kesalahan yang barangkali terlanjur sudah kita lakukan, yaitu berikhtiar sekuat tenaga menjaga hati ini agar tidak mati. Kita jaga agar terus hidup. Karena dengan begitu, jalan tobat selalu terbuka untuk kita semua, di manapun, dalam kondisi bagaimanapun, dan kapanpun. Syukur-syukur dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Sahabat Abu Musa Al-Asy’ari RA meriwayatkan sebuah hadits Nabi Muhammad Saw tentang perbedaan orang yang hatinya hidup dan orang yang hatinya mati, kering, dan gelap. Artinya, “Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, Rasulullah Saw bersabda, ‘Siapa saja yang merasa senang oleh kebaikannya dan merasa susah oleh keburukannya, maka ia adalah orang yang beriman.’” (HR At-Thabarani).
Dalam hadits lain disebutkan: Artinya, "Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang Mukmin (ketika) ia melihat dosa-dosanya, adalah seperti (ketika) ia duduk di lereng sebuah gunung, dan ia sangat khawatir gunung itu akan menimpanya. Sedangkan seorang fajir (munafik), ketika ia melihat dosa-dosanya adalah seperti ia melihat seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini (apa ini, pergi!) lalu terbang (ia menganggap remeh dosa).” (HR. Bukhari)
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Sekali lagi, kita sama-sama mengingatkan bahwa ampunan Allah demikian luas. Allah Swt juga memiliki sifat kasih sayang yang tentu jauh melebihi dari semua makhluk ciptaan-Nya.
Untuk itu, tidak ada kata terlambat bagi kita semua memohon ampun dan bertobat kepada Allah dengan tobat nashuhah. Termasuk bila hati ini sedang atau sempat mati, mari kita hidupkan kembali. Mari kita sinari kembali sehingga kembali menjadi penuntun kita untuk terus dekat dengan Allah Swt. Dijelaskan dalam kitab Kifayatul Atqiya karya Sayid Abu Bakr. Ada 5 hal yang dapat mengobati hati. Pertama, membaca Al-Qur’an dengan penghayatan arti dan maknanya. Kedua, membiasakan diri dalam kondisi tidak kenyang atau dengan banyak berpuasa. Ketiga, beribadah di waktu malam, baik dengan shalat, membaca Al-Qur’an, berzikir dan sebagainya. Keempat, mendekatkan diri kepada Allah sedekat dekatnya di waktu sahur. Kelima, berkumpul dengan orang-orang yang saleh, yang dapat membimbing dan menjadi cermin kehidupan yang lebih baik.
Demikian khutbah Jumat singkat ini. Semoga menjadi pengingat sekaligus spirit kita untuk terus berikhtiar menjadi hamba yang lebih baik. Semoga bermanfaat.