Pancasila jadi Tembok Terakhir Hadapi Radikalisme

Peringatan Hari Lahir Pancasila--
RADAR BENGKULU – Ancaman radikalisme, ekstremisme, intoleransi, hingga disinformasi kian nyata. Di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan zaman, Pancasila tetap menjadi tameng terakhir yang menjaga keutuhan bangsa.
Hal itu disampaikan Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu, Dr. H. Herwan Antoni, usai memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Halaman Kantor Gubernur Bengkulu, Minggu (1/6).
Herwan menyebut, Pancasila bukan sekadar lambang negara atau hafalan lima sila dalam pelajaran kewarganegaraan. Lebih dari itu, Pancasila adalah ideologi pemersatu bangsa yang harus diinternalisasi sejak dini dalam kehidupan masyarakat.
BACA JUGA:Konsolidasi Kader Banteng, Komitmen Bersama Rakyat
BACA JUGA:100 Hari Kerja Dedy-Ronny, Semua Berjalan Dengan Nyata
“Pancasila adalah benteng dari pengaruh paham-paham menyimpang. Bukan cuma radikalisme dan ekstremisme, tapi juga disinformasi dan intoleransi yang bisa merusak kohesi sosial kita,” tegas Herwan dalam sambutannya.
Menurut Herwan, langkah paling strategis dalam mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila adalah penanaman sejak usia dini, baik di lingkungan pendidikan formal maupun nonformal.
Ia menyarankan agar seluruh sekolah di Bengkulu, mulai dari jenjang dasar hingga menengah atas, mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler.
“Anak-anak harus tahu bahwa Pancasila bukan cuma pelajaran di kelas. Tapi juga nilai yang mereka bawa dalam keseharian. Di rumah, di sekolah, bahkan di media sosial,” jelas Herwan.
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Kucurkan Rp 184 Miliar Lebih untuk Infrastruktur di Bengkulu Tengah
Ia menegaskan, internalisasi Pancasila tidak boleh berhenti di tataran teori. Harus dibarengi praktik dan keteladanan di lingkungan sekitar, termasuk oleh para guru, orang tua, dan tokoh masyarakat.
“Kalau kita ingin generasi muda menjunjung tinggi toleransi, ya kita dulu yang harus memberi contoh. Jangan sampai kita sendiri justru menyebarkan ujaran kebencian atau ikut menyebar hoaks,” tambahnya.
Peringatan Hari Lahir Pancasila yang digelar setiap 1 Juni, menurut Herwan, bukan sekadar seremoni tahunan. Tapi menjadi pengingat akan pentingnya menjaga semangat kebangsaan, terutama di era digital yang penuh tantangan.