Menyongsong Idul Adha Dalam Nuansa Keimanan dan Rasa Syukur

Muhamad Sayid Amir Ali Lubis, S.T, M.Kom-dok/RADAR BENGKULU-

Khatib : Muhamad Sayid Amir Ali Lubis, S.T, M.Kom

Disampaikan di : Masjid Jami' Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah

Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Swt atas segala nikmat yang telah dilimpahkan. Termasuk nikmat umur panjang dan kesehatan. Berkat karunia-Nya, pada hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan salah satu kewajiban utama sebagai Muslim, yakni shalat Jumat secara berjamaah.

Selain itu, nikmat panjang umur juga kita rasakan ketika saat ini kita telah memasuki bulan Dzulhijjah—bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Dimana kita akan bertemu dengan Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban.

Nikmat-nikmat ini sudah sepantasnya kita syukuri dengan sepenuh hati. Lebih dari itu, datangnya bulan Dzulhijjah harus menjadi momentum untuk memperkuat komitmen kita dalam meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt. Sebab, dalam bulan ini terdapat dua ibadah utama yang sangat mulia dan identik dengan Idul Adha. Yaitu menyembelih hewan kurban dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Kedua ibadah ini merupakan wujud konkrit dari rasa syukur dan penghambaan kita kepada Allah.

Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah

Ibadah kurban dan haji tidak bisa dipisahkan dari Hari Raya Idul Adha. Keduanya bukan hanya membutuhkan niat atau kemauan, tetapi juga perjuangan. Mengapa? karena kita semua tahu bahwa saat ingin melaksanakan ibadah haji dan kurban. Kita harus mengeluarkan harta kita untuk melaksanakannya.

Diperlukan dana yang tidak sedikit untuk melakukan ibadah haji. Hal ini disebabkan oleh jauhnya jarak antara negeri kita dan Kota Suci Makkah. Puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah harus dipersiapkan untuk dapat berhaji ke Tanah Suci. Selain itu, kita juga perlu menyiapkan dana untuk keluarga atau orang-orang yang kita tinggalkan selama menjalankan rukun Islam yang kelima ini.

Tentunya, hal ini bukanlah perkara mudah bagi setiap kita, karena tidak semua diberikan kemampuan finansial. Oleh karena itu, ibadah haji memang hanya diwajibkan bagi mereka yang mampu atau istitha’ah.

Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali 'Imran ayat 97 yang artinya: “Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.”

Selain ibadah haji, kita juga disyariatkan untuk mengorbankan sebagian harta yang kita miliki dengan menyembelih hewan kurban. Ibadah ini juga membutuhkan keikhlasan dan keimanan. Karena kita harus rela mengeluarkan harta kita untuk membeli hewan kurban yang dagingnya akan dibagikan kepada orang lain.

Bukan hewan sembarangan yang bisa menjadi hewan kurban. Kita dianjurkan untuk memilih hewan kurban yang terbaik dan telah memenuhi persayaratan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Jika tidak sesuai persyaratan, maka kurban kita bisa jadi tidak sah.

Rasulullah bersabda yang artinya: "Ada empat macam hewan yang tidak sah dijadikan hewan kurban. Pertama yang matanya jelas-jelas buta, kedua yang fisiknya jelas-jelas dalam keadaan sakit, ketiga yang kakinya jelas-jelas pincang, dan keempat yang badannya kurus lagi tak berlemak." ( HR At- Tirmidzi dan Abu Dawud).

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan