Produksi Sawit menurun Drastis, Ini penjelasannya
Produksi Sawit menurun Derastis, ini penjelasannya-Hendri/RADAR BENGKULU-
RADAR BENGKULU - Pada awal tahun 2024 dimasuk musim penghujan saat ini Produksi Sawit menurun drastis. Ini diakibatkan ada beberapa faktor selain cuaca dan mahalnya harga pupuk Nonsubsidi.
Ditengah cuaca yang tak menentu dan mahalnya harga pupuk, berakibat hasil produksi sawit sangat berbanding jauh dari beberapa bulan sebelumnya, ini berdasarkan penjelasan salah satu toke sawit di Desa Argamulya Kecamatan Maje Kabupaten Kaur, Sabtu 20 Januari 2024 .
Toke itu Sawiran (45) usaha jual beli yang sudah di jalaninya selama 1 tahun tersebut mengatakan bahwa saat ini hasil produksi sawit mulai menurun.
Biasanya dalam 1 hektare itu bisa menghasilkan sawit 1 ton ini bisa turun produksi sampai 300 kg dalam perhektare dalam sekali panen.
BACA JUGA:Teripang Api-Api Harganya juga Mahal
BACA JUGA:Calon Jemaah Haji Kaur Tidak Bisa Lakukan Pelunasan, Ini penyebabnya
" Hasil produksi turun diakibatkan beberapa faktor antara lain cuaca yang tidak stabil dan mahalnya pupuk non subsidi, sehingga pemupukan sawit yg biasanya dalam sekali pupuk 2 kg perbatang dalam 3 sampai 4 bulan sekali, ini paling banyak pupuknya 0,5 kg perbatang," kata sawiran.
Ditambahkan sawiran, memang benar sawit di Petani sekarang Rp 1800 perkilo tapi hasil panen tidak sesuai dengan biaya perawatan dan pemupukan.
Belum lagi kalau kita yang beli sawit ini dengan hasil jual beli yang sedikit sudah tidak seimbang, yang biasanya sehari sekali kita langsung antar ke pabrik menggunakan mobil sendiri Carry Pick Up muatan 1,5 sampai 2 ton, sekarang bisa jual ke pabrik 2 atau 3 hari sekali.
BACA JUGA:KPU Kaur Gelar Training of Trainer
BACA JUGA:6 Desa Mandiri Terima Penghargaan dari Gubernur Bengkulu
"Kalau harga pupuk nonsubsidi jenis KCL sekarang Rp 420 ribu per zak bagi petani sawit yang punya lahan 1 sampai 2 hektare itu bagi petani terlalu mahal, sedangkan pupuk subsidi tidak setiap saat dibutuhkan petani selalu ada," Ujar Sawiran.
Walau bagaimanapun bagi petani sawit dan toke keadaan seperti ini tetap harus kita syukuri, memang alamnya belum mendukung dan pupuk berkualitas memang mahal harganya, mungkin suatu saat pemerintah memperhatikan harga pupuk nonsubsidi paling mahal di harga Rp 200 ribu. (hel)