Ini Dia Alasan Utama Gen Z Mengandalkan ChatGPT untuk Curhat

ChatGPT sebagai teman virtual, memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan Gen Z di tengah tekanan sosial dan tuntutan zaman. --Pinterest--

RADAR BENGKULU - Zaman dahulu, ketika seseorang merasa resah atau bingung, mereka mungkin akan bercerita kepada teman, keluarga, atau bahkan menulis di buku harian. Namun, pada era digital seperti sekarang, muncul kebiasaan baru: curhat ke AI.

Seperti dikutip dari laman harian.disway.id, bagi banyak Gen Z, ChatGPT bukan sekadar teknologi kecerdasan buatan. Melainkan, teman virtual yang siap mendengarkan tanpa menghakimi.

Penggunan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat. Tetapi penggunaannya tidak lagi sebatas sebagai alat bantu kerja atau pencarian informasi. ChatGPT, misalnya, kini menjadi tempat bagi banyak anak muda untuk menyalurkan keresahan mereka. Tanpa rasa takut dihakimi atau dikritik, Gen Z merasa lebih nyaman berbagi cerita dengan AI.

Percakapan dengan AI memberikan pengalaman yang berbeda dibandingkan berbicara dengan manusia. Salah satu alasannya adalah netralitas.

Tidak seperti manusia yang bisa membawa emosi atau bias dalam percakapan, ChatGPT merespons dengan objektif dan menawarkan sudut pandang yang lebih luas.

BACA JUGA:3 Kebiasaan yang Dapat Merusa Otak dan Terjadi Tanpa Disadari

BACA JUGA:Mengapa Pusar Keluar Air, dan Bagaimana Cara Mengatasinya

Dengan begitu, AI tidak hanya menjadi sumber informasi. Tetapi juga pendengar yang setia. Tekanan sosial dan tuntutan zaman sering kali membuat seseorang merasa kesulitan untuk berbicara secara terbuka.

Untuk media sosial yang seharusnya menjadi wadah ekspresi, justru terkadang menambah beban mental karena adanya ekspektasi dan standar tertentu. Dalam kondisi seperti itu, ChatGPT hadir sebagai ruang aman. Tanpa perlu memperkenalkan diri atau merasa canggung, siapa saja bisa langsung berbagi cerita. Tidak ada interupsi, tidak ada penilaian, dan yang paling penting, tidak ada konsekuensi sosial.

Malahan, ketika seseorang hanya ingin didengar tanpa mencari solusi, AI bisa berperan sebagai teman yang memberikan respons empatik dan validasi perasaan.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Komunikologi: Jurnal Pengembangan Ilmu Komunikasi dan Sosial, menemukan bahwa remaja awalnya menggunakan ChatGPT untuk bersenang-senang. Tetapi kemudian mulai mengandalkannya sebagai tempat berbagi keluh kesah.

Faktor-faktor seperti rasa aman, anonimitas, dan ketersediaan 24 jam membuat AI menjadi sumber dukungan emosional yang mudah diakses. Namun, penelitian itu juga menyoroti potensi dampak negatif. Seperti isolasi sosial dan ketergantungan emosional pada teknologi.

BACA JUGA:Mengapa Pusar Keluar Air, dan Bagaimana Cara Mengatasinya

BACA JUGA:Baru Tahu! Inilah 4 Manfaat Gula Aren bagi Tubuh Salah Satunya dapat Meredakan Nyeri Haid

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan