Hikmah Israk Mikraj Nabi Besar Muhammad SAW

dr. H. Khoiruman M.Pd.I--

Setelah membaca syahadat yang menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan setiap umat Islam dalam kondisi apapun selama hayat masih dikandung badan, berbeda dengan kewajiban zakat, puasa maupun haji yang hanya dilaksanakan bagi setiap umat Islam yang mampu saja.

3. Karena Shalat menjadi barometer baik buruk perilaku seseorang

Ketika amal seseorang ditimbang dihari kiamat, sehingga dalam Al-Qur’an pun Allah mengingatkan kita bahwa sesungguhnya Shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan munkar ketika seseorang hidup di dunia.

Hadits Nabi Muhammad  SAW menjelaskan sebagai berikut :

“Amal yang pertama kali dihisab (dihitung) dihari Qiyamat adalah Shalat. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amal perbuatannya, jika shalatnya rusak, maka rusaklah segala amal perbuatannya.” (HR. At-Thabrani)

Allah berfirman dalam QS. Al-Ankabut Ayat 45 yang artinya:

 “ Laksanakanlah shalat, sesungguhnya shalat bisa mencegah perbuatan keji dan Munkar….”

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah

Selanjutnya bagaimana cara memperbaiki shalat kita?  Selain kita menyesuaikan secara syariat dengan hukum hukum Fiqih terkait dengan aturan aturan shalat, tidak kalah pentingnya kita memperbaiki bathin kita ketika shalat, atau dalam bahasa lain meningkatkan kekhusyukan shalat kita.

Terkait dengan memperbaiki kehkhusukan shalat , banyak resep -resep dari Ulama’ ulama’ kita. Diantaranya adalah dari Habib Umar bin Hafidz yang menjelaskan Enam cara supaya shalat menjadi Khusyu’, yaitu:

1. (Hudurul Qolb) Hadirnya hati.

Hadirnya hati harus dilatih terus-menerus. Bila hati kemana-mana, paksa untuk kembali lagi, In shaa Allah, hati akan terbiasa hudhur.

2. (Tafahhumul Ma’ani) Memahami arti atas apa yang kita katakan dan kita sedang lakukan.

3. (Al ijlal watta’dzhim) Adanya rasa mengagungkan dan memulyakan kepada Allah SWT. Terkadang kita hadir hati, mengetahui arti, tapi tanpa pengagungan hal ini seperti seseorang yang memahami perkataan anak kecil, yaitu tidak terlalu menghiraukannya.

4. (Al ijlal watta’dzhim ma’al Haibah). Hendaknya rasa memulyakan dan pengagungan tadi diiringi dengan rasa haibah (kewibawaan). Haibah: Rasa takut yang timbul karena rasa mengagungkan. Takut shalat kita tidak diterima oleh Allah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan