Israk Mikraj: Kesempatan Emas Dalam Mengenalkan Shalat kepada Anak

Muhamad Sayid Amir Ali Lubis, S.T, M.Kom-dok/RADAR BENGKULU-
Khatib : Muhamad Sayid Amir Ali Lubis, S.T, M.Kom.
Disampaikan di : Masjid Jami' Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
?Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT,
Tidak bosan dan tidak jenuh khatib sampaikan sebagai pengingat bagi diri sendiri dan jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa.
Entah itu, ketika berada dalam kesendirian maupun di tengah keramaian. Allah berfirman dalam kitab suci Al-Qur’an, surat At-Taubah ayat 119 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!”
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT,
Perintah syari’at untuk mendidik anak agar mampu melaksanakan ibadah shalat sudah jelas disebutkan oleh Rasulullah dalam haditsnya. Dalam hal ini, ada tahapan- tahapan yang perlu dilakukan oleh orang tua untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Sunan-nya yang artinya, “Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun. Kemudian, pukullah mereka untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur diantara mereka.” (HR. Abu Daud).
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, kita bisa memahami bahwa ada tahapan dalam mendidik anak untuk melaksanakan ibadah shalat. Tahapan ini dimulai sejak anak berusia tujuh tahun hingga mencapai umur sepuluh tahun.
Menurut Syekh Ali bin Sulthan Muhammad al-Hari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashobih, setiap tahapan yang disampaikan oleh Rasulullah SAW itu memiliki alasan tertentu. Di usia tujuh tahun, anak diperintahkan untuk mulai shalat agar mereka terbiasa dan merasakan senang dalam melakukannya.
Ketika anak memasuki usia sepuluh tahun, mereka diperbolehkan untuk diberi teguran lebih tegas, bahkan pukulan yang mendidik, jika meninggalkan shalat. Sebab, usia ini sudah mendekati masa baligh, yang berarti tanggung jawab ibadah mulai melekat.
Selain itu, pemisahan tempat tidur diterapkan di usia ini karena anak telah memasuki masa pubertas.