Rokok, Komoditas Penyumbang Kemiskinan Kedua Terbesar di Provinsi Bengkulu

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME--
RADAR BENGKULU – Rokok kembali menjadi sorotan sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi angka kemiskinan di Provinsi Bengkulu.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu menunjukkan, konsumsi rokok menempati urutan kedua setelah beras dalam menentukan garis kemiskinan.
"Rokok banyak dikonsumsi, sehingga menjadi komoditas penting dalam mengukur kemiskinan. Saat ini, posisinya berada di urutan kedua setelah beras," ujar Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME.
Berdasarkan laporan BPS, pada September 2024, beras memberikan kontribusi sebesar 18,10 persen terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan 22,52 persen di perdesaan.
Sementara itu, rokok menyumbang 10,54 persen terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan 12,40 persen di perdesaan. Angka ini menegaskan bahwa konsumsi rokok di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan.
BACA JUGA:Pemkot Bengkulu Pastikan Program 1.000 Jalan Mulus Berlanjut di 2025
BACA JUGA:LPG 3 Kg Langka di Pangkalan, Harga Melambung di Toko Kelontong
“Persentase penduduk yang merokok di perdesaan meningkat signifikan dibandingkan periode sebelumnya, dari 10,68 persen pada Maret 2024 menjadi lebih tinggi pada September 2024. Sebaliknya, di perkotaan, ada penurunan jumlah penduduk yang merokok dalam periode yang sama,” tambah Win Rizal.
Tingginya konsumsi rokok, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah, menjadi persoalan serius. Harga rokok yang semakin tinggi memaksa sebagian masyarakat beralih ke merek yang lebih murah. Bahkan, rokok ilegal.
"Konsumsi rokok yang tinggi ini berpotensi memperburuk tingkat kemiskinan di Bengkulu."
Meski demikian, BPS mencatat kabar baik dengan adanya penurunan jumlah penduduk miskin di Bengkulu pada September 2024. Jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 261,15 ribu orang atau 12,54 persen, turun dari 281,36 ribu orang atau 13,56 persen pada Maret 2024.
Penurunan kemiskinan ini terjadi di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di perkotaan, jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 8 ribu orang. Sedangkan di perdesaan berkurang sebesar 12,3 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 13,56 persen menjadi 12,32 persen. Sementara di perdesaan turun dari 13,56 persen menjadi 12,63 persen.
BACA JUGA:Bentuk Forum CSR untuk Perkuat Program Bantu Rakyat
BACA JUGA:Ini Sejarah Baru, Gubernur-Bupati Bakal Dilantik Presiden