Alur Pelabuhan Pulau Baai Dangkal, Kuota Pertalite Bengkulu Dipangkas
Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu-RADAR BENGKULU-
RADAR BENGKULU – Pendangkalan alur pelabuhan Pulau Baai kembali menjadi sorotan. Masalah ini disebut sebagai salah satu faktor penurunan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite untuk Provinsi Bengkulu tahun 2025. Penurunan tersebut tertuang dalam keputusan Badan Pengatur Hilirisasi Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu, Donni Swabuana mengungkapkan, selain menurunnya konsumsi BBM, masalah pengiriman BBM melalui jalur laut akibat pendangkalan alur juga menjadi penyebab utama.
“Alur pelabuhan yang dangkal membuat pengiriman BBM melalui jalur laut sulit. Kapal harus menunggu lama untuk bersandar, yang akhirnya berdampak pada distribusi BBM,” jelas Donni.
Menurut Donni, kondisi alur yang dangkal telah menghambat kelancaran distribusi BBM ke Bengkulu. Kapal pengangkut BBM kerap harus antre lama di perairan Pulau Baai, yang menyebabkan pasokan BBM terlambat tiba di berbagai wilayah.
“Terlambatnya pengiriman ini tentu berdampak pada konsumsi masyarakat. Distribusi yang terganggu membuat kebutuhan BBM tidak bisa terpenuhi dengan optimal,” tambahnya.
BACA JUGA:Meski Kebakaran Conveyor C di Pelabuhan Pulau Baai, Operasional Tetap Normal
BACA JUGA:Pelindo dan Pelaku Usaha Sudah Sepakat Ikut Terlibat Pengerukan Alur Pulau Baai
Kondisi ini, lanjut Donni, bukan hanya mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat, tetapi juga menimbulkan ketergantungan yang tinggi pada pengiriman darat, yang memiliki kapasitas lebih kecil dan waktu tempuh lebih lama.
Pendangkalan alur pelabuhan Pulau Baai bukanlah isu baru. Masalah ini telah menjadi keluhan sejak lama, terutama dari sektor transportasi dan energi. Donni berharap pemerintah pusat segera merealisasikan pengerukan alur untuk mempermudah akses kapal-kapal besar, termasuk pengangkut BBM.
“Kami sangat berharap pengerukan alur ini segera dilakukan. Jika tidak, masalah distribusi BBM akan terus berulang, dan itu tentu merugikan masyarakat Bengkulu,” tegasnya.
Pengerukan alur pelabuhan dinilai sebagai solusi jangka panjang yang dapat meningkatkan kapasitas pelabuhan Pulau Baai sebagai pintu masuk utama distribusi logistik ke Bengkulu.
Berdasarkan keputusan Kepala BPH Migas RI Nomor 66/P3JBT/BPH Migas/Kom/2024, kuota BBM subsidi untuk Provinsi Bengkulu tahun 2025 terdiri atas 253.357 kiloliter (KL) untuk Pertalite dan 109.188 KL untuk Biosolar.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, alokasi Pertalite mengalami penurunan signifikan dari 267.716 KL pada tahun 2024 menjadi 253.357 KL tahun ini. Sebaliknya, kuota Biosolar justru meningkat dari 107.213 KL menjadi 109.188 KL.
BACA JUGA:PT Bimex Mau Terlibat Penuh dalam Pengerukan Pelabuhan Pulau Baai