Pendangkalan Alur Pelabuhan Pulau Baai Bikin Ekspor Cangkang Sawit Bengkulu Anjlok
Alur Pulau Baai Bengkulu--
RADAR BENGKULU – Bea keluar cangkang sawit dari Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu terjun bebas tahun ini. Hingga November 2024, jumlah bea keluar hanya mencapai Rp 944 juta, jauh dibandingkan tahun lalu yang berhasil menyumbang Rp 7,6 miliar. Penurunan drastis ini diduga kuat akibat pendangkalan alur pelabuhan yang belum kunjung ditangani.
Pelabuhan terbesar di Bengkulu ini mengalami kendala serius. Kedalaman alurnya kini hanya berkisar 3-4 Low Water Spring (LWS), jauh dari standar untuk mendukung aktivitas kapal besar.
Hal ini menghambat kapal-kapal pengangkut cangkang sawit masuk dan melakukan bongkar muat.
“Iya, tahun ini bea keluar cangkang sawit menurun drastis menjadi Rp 944 juta. Dibandingkan tahun lalu, penurunannya sangat signifikan. Ini disebabkan oleh pendangkalan alur pelabuhan,” ujar Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Bengkulu, Koen Rachmanto.
Dari dua perusahaan eksportir cangkang sawit di Bengkulu, hanya satu yang masih bertahan menggunakan Pelabuhan Pulau Baai, yakni PT Jatim Partindo. Perusahaan lainnya, PT Inti Persada, memilih mengalihkan aktivitas bongkar muat ke pelabuhan lain di luar Bengkulu.
BACA JUGA:Pantau Pos dan Gereja, Pj Wali Kota Pastikan Keamanan Nataru di Bengkulu Kondusif
BACA JUGA:240 Peserta Ikut Andil Dalam Kajari Cup 2024
“Sekarang tinggal satu perusahaan saja yang aktif di sini. Sebelumnya, ada dua perusahaan yang memanfaatkan Pelabuhan Pulau Baai. Namun, dengan kondisi seperti ini, perusahaan lain mencari alternatif,” jelas Koen Rachmanto.
Koen Rachmanto berharap pengerukan alur pelabuhan dapat segera dilakukan agar aktivitas bongkar muat kembali normal. Ia optimistis, jika alur pelabuhan sudah memadai, potensi bea keluar dari komoditas unggulan Bengkulu, termasuk cangkang sawit, dapat meningkat signifikan.
“Dengan alur yang normal, kami yakin aktivitas pelabuhan akan kembali menggeliat, dan tentunya bea keluar juga akan naik. Ini penting untuk mendukung ekonomi daerah,” ungkap Koen.
Tingginya biaya operasional akibat pendangkalan alur juga menjadi salah satu faktor yang mendorong perusahaan untuk hengkang. Dengan kedalaman alur yang tak memadai, kapal-kapal harus menunggu lama atau bahkan tak bisa bersandar, sehingga meningkatkan cost logistik.
“Mungkin mereka merasa lebih efisien melakukan bongkar muat di pelabuhan lain yang alurnya lebih memadai.”
Anjloknya bea keluar cangkang sawit bukan hanya persoalan bagi pelabuhan, tetapi juga menjadi pukulan telak bagi perekonomian Bengkulu. Cangkang sawit, yang merupakan produk turunan kelapa sawit, selama ini menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor daerah.
BACA JUGA:Inilah 5 Tradisi Unik Perayaan Natal di Amerika yang Bisa Ditiru, Tertarik Mencobanya?