Mengenal Borondong, Makanan Tradisional Asal Desa Laksana Bandung yang Manis dan Legit Makin Sulit Dijumpai

Reporter: Eka purnama |

Editor: Syariah m |

Kamis , 28 Nov 2024 - 10:50

Borondong bandung-Ist-

"Harus satu kontainer, pedagang Berondong pasti kewalahan. Produksi seperti itu butuh modal, selain itu kendalanya adalah sumber daya manusia," kata Ai.

Dalam memilih bahan tidak asal-asalan namun mengutamakan kualitas.

“Bahan bersumber dari Subang, gula merah didatangkan dari Cidaun, Pangalengan. “Kualitasnya sangat berbeda dan gula kelapa dari daerah ini sangat enak,” kata Ai.

Makanan premium ini tetap mempertahankan cita rasa khasnya, meski dalam jumlah banyak dapat disimpan hingga tiga bulan.

mengenal borondong, makanan tradisional asal desa laksana bandung yang manis dan legit makin sulit dijumpai                             
 
radarbengkulu.bacakoran.co -borondong makanan tradisional khas desa laksana kecamatan ibun kabupaten bandung terkenal dengan citarasanya yang lezat dan manis. 
hidangan tradisionalnya adalah borondong. di desa sangkan, makanan tradisional berondong diproduk secara lokal.
melansir dari sumber tribunjabar, ai rukmaini (67 tahun) merupakan generasi keenam yang telah berkiprah di bisnis grosir secara turun-temurun.
baca juga:nikmatnya bubur hintalu karuang: makanan tradisional khas kalimantan tengah yang cocok dijadikan menu diet
baca juga:jadah bakar, makanan tradisional yang bergizi ini kurang diminati oleh kalangan anak muda
namun, ai mengatakan saat ini jumlah pedagang berondong ini semakin berkurang.
 
"ada yang meninggal, ada yang jatuh sakit. tidak ada penerusnya," ujarnya.
 
dikatakannya, di desa laksana makanan tradisional yang dihasilkan tidak hanya borondong, ada juga makanan lain seperti ranginang, rangining, pisang, keripik singkong dan jajanan lainnya.
 
borondong berbahan dasar ketan atau jagung terkenal sebagai masakan khas daerah majalaya sekitarnya. namun pusat grosirnya berada di kecamatan ibun.
 
“awalnya di desa laksana terdapat sekitar 30 pembuat berondong rumahan. desa ini awalnya memiliki 10 perajin dan hanya 6-7 orang yang ikut produksi,” ujarnya.
 
meski produksi rumahan berondong, namun diakuinya tidak ada masalah dengan kuantitas kualitas berondong yang sedikit. pasalnya, ai menganggap rezekinya sudah diatur seperti itu.
 
“penjual berondong itu yang memiliki tempat pembuatannya mempunyai pelanggan sendiri,” ujarnya.
 
borondong yang dihasilkannya kerap dijual di pasar tradisional di kawasan soreang, banjaran, solokanjeruk, dan majalaya.
 
"di tempat saya tinggal, produksi massal tidak terjadi setiap hari, tiga sampai empat hari dalam seminggu. apalagi di bulan safar sepi sekali, kadang tiga hari," ujarnya.
 
ai mengatakan, beberapa mantan karyawan di fasilitas manufakturnya kini membuka usaha makanan berondong secara mandiri.
 
“dulu mereka bekerja di rumah ibu saya, sekarang ada yang membuka usaha sendiri,” kata ai.
 
meski kekurangan sumber daya manusia (sdm) kuliner tradisional, borondong punya masa gemilang dengan meraih rekor muri.
 
“itu tahun 2004. awalnya keluarga saya seorang produsen, didukung 20 produsen lainnya,” ujarnya.
 
pengerjaan bisa memakan waktu hingga tiga minggu. borondong berukuran panjang sekitar 5 meter, lebar 2,6 meter, dan tinggi 2,7 meter berbentuk gedung sate.
 
bahannya 2,5 kuintal ketan dan 2 kuintal gula merah, ujarnya.
 
hidangan tradisional ini pun sudah merambah pasar mancanegara. borondong sering dibawa kembali sebagai oleh-oleh di wilayah tersebut.
 
harga borondong juga berbeda-beda, ai sering menerima pesanan borondong karakter seperti ikan, angsa, dan gunung dengan harga berkisar rp 100 hingga 200 ribu.
 
“kalau perbiji ada yang paling besar dengan harga rp 20-30.000, ukuran kecil rp 6.000,” imbuhnya.
 
ai pernah mendapat tawaran ekspor namun merasa kapasitas produksinya tidak mencukupi sehingga tidak bisa menangkap peluang tersebut.
 
"harus satu kontainer, pedagang berondong pasti kewalahan. produksi seperti itu butuh modal, selain itu kendalanya adalah sumber daya manusia," kata ai.
 
dalam memilih bahan tidak asal-asalan namun mengutamakan kualitas.
 
“bahan bersumber dari subang, gula merah didatangkan dari cidaun, pangalengan. “kualitasnya sangat berbeda dan gula kelapa dari daerah ini sangat enak,” kata ai.
 
makanan premium ini tetap mempertahankan cita rasa khasnya, meski dalam jumlah banyak dapat disimpan hingga tiga bulan.

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran RADAR BENGKULU, KAMIS 28 NOVEMBER 2024

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan