Jadi Korban Perundungan dan Dianggap Anak Inklusi, Murid SDN 73 Terpaksa Pindah Sekolah

Senin 11 Nov 2024 - 20:14 WIB
Reporter : windi
Editor : Azmaliar

RADAR BENGKULU - Dunia pendidikan di Kota Bengkulu kembali tercoreng. Ini lantaran salah seorang murid yang menjadi korban perundungan terpaksa pindah sekolah lantaran trauma. Tidak hanya itu murid kelas tiga di SDN 73 Kota Bengkulu ini juga dianggap oleh pihak sekolah sebagai anak inklusi atau anak berkebutuhan khusus sangat ingin pindah sekolah.

Hal ini berawal pada hari Senin, 4 November 2024 lalu, saat itu dia sekolah seperti biasa pada waktu istirahat ia bersama salah seorang teman sekolahnya bermain di dekat WC sekolah. Seketika itu temannya, mangalami luka dibagikan kepala. Sehingga terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit DKT.

Lantaran dianggap ia yang mengakibatkan luka tersebut, orang tuanya dipanggil dan diminta pertanggung jawaban. Bentuk pertanggungjawaban orang tuanya, membiayai semua pengobatan korban luka, sehingga kejadian itu pun diselesaikan oleh pihak sekolah.

Namun hukaman untuknya dianggap tetap harus dijalani. Akan tetapi saat berdiri sendirian menjalani hukuman dari sekolah, ia tiba-tiba didatangi oleh Kakak siswa yang mengalami luka sebelumnya, kakak siswa yang sudah bersekolah di tingkat SMP itu langsung memukulinya.

Atas kejadian itu, ia menceritakan kepada orang tuanya dan mengaku enggan bersekolah lantaran takut kembali di Rundung oleh Siswa SMP itu. Karena keluarga diduga pelaku perundungan itu tinggal di sekolah tersebut dan ibu - nya juga merupakan staf honor sekolah, maka kejadian yang dialaminya bisa saja kembali terjadi.

BACA JUGA:KPU Kota Sukses Selenggarakan Debat Kedua Calon Walikota dan Wakil Walikota Bengkulu

BACA JUGA:Polresta Bengkulu Amankan 15 Remaja Diduga Anggota Gangster

Orang tuanya mengetahui kejadian yang dialami oleh anaknya, tidak terima dan pada keesokan harinya mendatangi pihak sekolah untuk meminta pertanggungjawaban agar anaknya mendapatkan rasa aman saat bersekolah. Namun bukanya mendapatkan kabar baik dari pihak sekolah, akan tetapi pihak sekolah memojokkannya yang dianggap memang anaknya bersalah dalam kejadian ini, dan apa yang dilakukan oleh siswa SMP itu hal wajar karena adeknya mendalami luka saat bermain dengan anaknya.

"Awalnya anak saya, main dengan teman sekolahnya, tapi teman sekolahnya mengalami luka di bagian kepala dan kami sudah bertanggung jawab dengan membiayai semua pengobatan. Tapi anak saya juga digebuk oleh kakanya yang luka itu. Sehingga anak saya takut untuk sekolah," ujar orang Tuanya,  yakni Eles

Lantaran anaknya yang takut masuk sekolah di SDN 73 Kota Bengkulu, orang tuanya berinisiatif memindahkan anaknya ke sekolah lain. Lebih ironisnya saat orang tuanya mengurus pindah anaknya, pihak sekolah meminta uang administrasi untuk mengurus pindah sekolah.

"Saat kami mengurus pindah sekolah anak kami, pihak sekolah mengatakan kalau mau pindah harus ngurus ke Dinas Pendidikan dan di dinas pendidikan harus ngasih uang. Pihak sekolah menawarkan apakah kami yang ngurus langsung atau pihak sekolah. Kalau pihak sekolah yang urus Kamin tinggal ngasih uang administrasi ke pihak sekolah," ungkapnya.

BACA JUGA:Kuliner Hemat Bagi Anak Kosan, Bakso BUYAN Pilihan yang Tepat

BACA JUGA:Kemensos Support Full Pemerintah Kota Bengkulu

Namun orang tuanya, memilih sendiri untuk mengurus kepindahan anaknya. Dia mengakui kalau saat mengurus ke Dinas Pendidikan Kota Bengkulu pihaknya tidak ada diminta uang sedikit pun.

Selanjutnya dia menjelaskan, saat akan meminta nilai rapor anaknya sebagai syarat untuk pindah sekolah, diketahui anaknya dianggap oleh pihak sekolah sebagai sebagai anak inklusi atau anak berkebutuhan khusus, hal itu tertulis di deskripsi rapor, padahal di nilai rapor sebelumnya tidak ada.

Kategori :