Penampilan Naomi Scott dalam Smile 2 patut mendapat pujian. Ia berhasil memberikan karakter Skye Riley sebuah kehidupan yang tragis, tidak hanya dihantui kutukan, tapi juga menjadi korban dari orang-orang yang tidak menyadari bahwa ia sedang berada di ambang kehancuran.
Bintang Charlie's Angels ini berhasil menangkap kerapuhan dan masalah yang dialami para artis di kehidupan nyata, termasuk tekanan dan tuntutan ketenaran, penggemar yang mengganggu dan trauma pribadi yang belum terselesaikan.
Semua ini diekspresikan secara alami dan menciptakan kekompakan yang memperkuat penceritaannya, meskipun itu adalah kutukan.
Halusinasi yang dialami Skye terasa lebih 'masuk akal' dan dapat dimengerti karena adanya unsur trauma, rasa bersalah, keraguan diri dan tekanan dari orang-orang di sekitarnya.
Selain itu, pemilihan bintang pop sebagai latar belakang karakter ini seakan menjadi sarana baru bagi Parker Finn untuk bermain-main dengan soundtrack dan koreografi sekuel Smile.
Semua lagu yang dinyanyikan oleh karakter Skye Riley menggambarkan kerapuhan dan halusinasi yang membuatnya seakan kehilangan dirinya sendiri.
Finn juga menggunakan tarian untuk membuat penonton tidak nyaman secara visual. Tim di belakang layar sangat sukses dalam menciptakan koreografi yang menyeramkan dan adegan ini jelas merupakan sorotan utama dari Smile 2.
Dibandingkan dengan film sebelumnya, penulis naskah kali ini tampak mengaburkan dan tidak memberikan batasan pada semua situasi yang sebenarnya dialami oleh Skye dan halusinasinya sebagai target Smile.
Oleh karena itu, wajar jika kita bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi setelah mereka meninggalkan studio.