“Permisah teman duduk yang baik dan teman yang jelek, bagaikan penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi, engkau akan membelinya atau engkau mendapat bau wanginya. Adapun tukang pandai besi, dapat membakar rumahmu, bajumu atau engkau mendapat baunya yang tidak enak” (HR. Al-Bukhari).
Cara lain menghilangkan malas dengan mengingat pentingnya waktu yang hakikatnya tidak berulang. Menyia-nyiakannya, menjadikan hidup tidak berarti.
5. Kikir (al-Bukhlu)
Kikir berarti menahan harta dengan tidak menunaikan hak dan kewajiban berkaitan dengan harta tersebut. Alquran mengecam sifat kikir dengan menyebut harta yang ditanam tidak akan bermanfaat bagi pemiliknya.
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa” (Qs Al-Lail: 8-11).
Kikir muncul karena berlebihan cinta harta, merasa hartanya miliknya sendiri, takut harta hilang, takut miskin dan merasa tidak butuh orang lain. Sifat ini banyak ditemui saat seseorang memiliki kecukupan harta. Di sinilah, manusia diuji untuk saling berbagi.
6. Takut (al-Jubnu)