“dia mendengarkan dengan seksama”
Artinya dia pasang pendengarannya sebaik mungkin. Makanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang keras setiap tindakan ketika jumatan yang bisa menyebabkan orang tidak konsentrasi. Seperti di antaranya bermain kerikil, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Siapa yang mainan kerikil, maka gugur pahala Jumatannya.” (HR. Muslim)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga melarang bicara dengan orang lain. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya:
“Kalau kamu mengatakan kepada temanmu pada hari Jumat: Diam! Padahal imam sedang berkhutbah, maka sungguh kamu telah menggugurkan pahala Jumatanmu.” (HR.Bukhari dan Muslim)
BACA JUGA:Khutbah Jumat: Nasehat Imam Al Ghazali
BACA JUGA:Khutbah Jumat: Fiqh Shalat Jumat yang Kadang Terabaikan
Agar mereka terkondisi untuk fokus mendengarkan apa yang disampaikan oleh khatib, waktu Jumatan tidak lama, kurang lebih hanya 10/15 menit, dalam kondisi pandemi lebih singkat. Sehingga sangat disayangkan kalau waktu yang singkat ini terkadang masih kita gunakan untuk sesuatu yang sia-sia.
4. Menyaksikan
Kemudian yang keempat:
“Dan dia menyaksikan (fokus/konsentrasi dengan apa yang dia dengar).”
Kadang ada orang yang fisiknya di masjid tapi batinnya di warung, mungkin barangkali dia dalam kondisi lapar atau dia punya kegiatan lain yang masih terpikirkan dalam ingatannya sehingga fisiknya di masjid tetapi batinnya ada di tempat yang lain, maka dia tidak konsentrasi.
Sehingga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kita sebelum Jumatan agar ada persiapan, mandi biar lebih segar, gunakan minyak wangi biar tidak mengganggu samping kanan kirinya dan mengeluarkan bau yang harum dan seterusnya. Semua itu -jamaah yang dimuliakan Allah- punya tujuan besar, yaitu agar tausiyah yang disampaikan setiap pekan ini tidak hanya sebatas menjadi kalimat yang sia-sia dan tidak memberikan bekas bagi kita. Namun tausiyah yang disampaikan oleh para khatib setiap Jumat -kalaupun kita tidak punya waktu untuk kajian dalam waktu sepekan- minimal inilah kesempatan terakhir. Jangan sampai Jumatan kita sia-siakan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Jumatan kita Jumatan yang lebih berkualitas. Tidak hanya sebatas untuk menggugurkan kewajiban, tapi kita juga mendapatkan manfaat yang lebih besar dari itu.