8 Tradisi dan Mitos Tentang Hujan di Berbagai Budaya: Kepercayaan yang Masih Hidup hingga Kini

Minggu 29 Sep 2024 - 07:33 WIB
Reporter : Naura
Editor : Syariah m

 

Di Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan agraris, terdapat berbagai ritual pemanggil hujan yang masih dilakukan hingga sekarang. 

 

Salah satunya adalah tradisi "Ngaseuk" di Jawa Barat, di mana masyarakat lokal melakukan doa dan persembahan untuk memohon hujan agar sawah dan ladang mereka mendapatkan air yang cukup. 

 

Ritual ini biasanya dilakukan di masa kemarau panjang, dengan harapan hujan segera turun. Selain itu, di beberapa daerah di Bali, masyarakat Hindu sering melakukan ritual "Ngaturang Piodalan" sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Baruna, yang dianggap mengatur laut dan hujan.

 

5. Mitos Hujan dan Petir – Afrika

 

Di banyak budaya Afrika, hujan sering kali dikaitkan dengan kekuatan dewa atau leluhur yang sedang marah atau memberkati suatu wilayah. Misalnya, dalam tradisi suku Zulu di Afrika Selatan, dewa badai dan petir bernama Unkulunkulu dianggap bertanggung jawab atas hujan deras dan badai. 

 

Ketika badai petir terjadi, beberapa masyarakat masih percaya bahwa itu adalah tanda dari dewa atau leluhur yang sedang berusaha berkomunikasi dengan mereka. Oleh karena itu, mereka melakukan ritual untuk meredakan amarah dan memohon perlindungan dari ancaman alam.

 

6. Mitos “Tumbal” untuk Hujan – Filipina

 

Di beberapa daerah pedesaan di Filipina, terdapat kepercayaan bahwa ketika hujan deras terus-menerus terjadi tanpa henti, masyarakat harus memberikan "tumbal" atau persembahan kepada roh-roh air atau sungai. Kepercayaan ini bertujuan untuk menghentikan hujan agar tidak menyebabkan banjir atau kerusakan. 

Kategori :