Sedangkan ekspor juga diperkirakan melambat yang disebabkan oleh tren penurunan harga batu bara acuan.
Serta berakhirnya mandat impor India pada bulan Juni 2024 selaku negara tujuan ekspor batu bara utama.
Lalu, dari sisi lapangan usaha, seperti pertanian mengalami peningkatan karena berakhirnya masa trek sawit dan harga kopi global yang meningkat, sedangkan lapangan usaha perdagangan tetap normalisasi konsumsi masyarakat pasca HBKN Idul Fitri dan Idul Adha.
Untuk lapangan usaha transgud juga sama dan normalisasi mobilitas Masyarakat pasca HBKN dan perlambatan ekspor berdampak pada aktivitas bongkar muat barang di Pelabuhan.
Untuk lapangan usaha industri pengolahan juga normalisasi produksi CPO pasca permintaan di HBKN, sedangkan lapangan usaha pertambangan mengalami perlambatan, karena berakhirnya mandat impor India pada bulan Juni 2024 selaku negara tujuan ekspor batu bara utama.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu tetap baik, hal ini didukung oleh produksi kelapa sawit yang diprakirakan
meningkat akibat berakhirnya musim trek dan tingginya harga kopi menyebabkan kinerja LU Pertanian terakselerasi sehingga menahan perlambatan PDRB yang lebih dalam pada Triwulan III 2024.
Ke depan, Bank Indonesia akan tetap terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah, termasuk melalui stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia, guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.