Koranradarbengkulu.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) mengalihwahanakan 100 judul buku bacaan bermutu dari buku cerita bergambar menjadi buku braille.
Seperti dikutip dari laman DISWAY.ID, hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan akses buku bacaan braille di masyarakat yang saat ini semakin sulit diperoleh. Apalagi bagi mereka yang jauh tinggal di daerah.
Dampaknya sudah jelas, kemampuan membaca huruf braille anak-anak tunanetra di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun.
Dalam melakukan alihwahana buku menjadi braille, terdapat tahapan yang sangat panjang.
Badan Bahasa awalnya melakukan pemilihan judul-judul buku dan bahan bacaan bermutu yang dimiliki dengan memperhatikan jenjang usia.
“Ada 345 judul buku bermutu untuk anak-anak. Sebagai inovasi, Badan Bahasa ingin buku-buku ini dibaca oleh seluruh anak Indonesia, termasuk adik-adik teman netra guna meningkatkan minat dan kegemaran membaca serta menumbuhkan budi pekerti mereka,” kata Ketua Kelompok Kepakaran Layanan Profesional (KKLP) Literasi Puteri Asmarini.
Selanjutnya, barulah dilakukan penentuan spesifikasi untuk ukuran dimensi buku, jenis, dan ketebalan kertas dan sampul.
Tak berhenti di situ, dilakukan juga penyusunan harga perbandingan untuk mengadakan, pemilihan percetakan yang sanggup dan berpengalaman dalam mencetak buku braille, hingga akhirnya pencetakan dummy buku.
Kemudian, untuk memastikan buku dapat dibaca oleh penyandang tunanetra, dilakukan uji keterbacaan.
BACA JUGA:Sering Menjadi Biang Kerok Keributan Suami Istri, Berikut 6 Tips Berhenti Merokok
“Untuk uji keterbacaan ini perlu dilakukan dan melibatkan teman netra dan para pendampingnya untuk mencari tahu kekurangan, kelebihan, dan kualitas buku," terang Rizal Muhammad Zaid, narasumber dari SLB A Pembina Tingkat Nasional.
Pada uji keterbacaan bahasa bermutu buku braille yang diselenggarakan 24-25 Juli 2024 lalu, tiap teman netra dan para pendampingnya diberi tiga buku untuk dibaca secara menyeluruh.
Lalu, mereka bertugas mencatat respons atau komentar dari teman-teman netra sesuai butir-butir pertanyaan pada kuesioner yang diberikan.
Fauzi menilai, pengujian buku braille dimulai dari hal yang terlihat sederhana. Yaitu, dari bagian depan, isi, hingga penutup.