Maka di bawah hujan lebat jenazah masuk area makam. Sejumlah tentara baret hijau mengusungnya. Membawanya ke liang lahat. Bendera besar merah-putih menaungi jenazah di saat memasuki rumah masa depan.
Ketika tanah selesai ditimbunkan istri dan anak-anaknya diminta mendekat makam. Jadilah saya bersama mereka. Saling sapa. Saya ucapkan pula kalimat duka. Mungkin tidak terdengar seberapa. Kalah dengan air hujan yang begitu gemuruhnya.
Talkin pun dibacakan sepenuhnya dalam bahasa Arab. Panjang sekali. Lalu tabur bunga. Selesai.
Sampai meninggalkan Taman Makam Pahlawan Batu itu saya belum berhasil mendapat keterangan: mengapa dimakamkan di TMP. Lima pejabat daerah yang saya tanya juga menjawab entah kenapa.
Yang jelas Eddy masih tetap di hati warga Batu. Merekalah yang konon memintanya. Memang Eddy-lah yang berhasil mengubah Batu.(Dahlan Iskan)