Sebenarnya Eddy sudah hampir menyelesaikan masa hukumannya yang 5 tahun. Tapi ada vonis baru. Perkara suap yang lain. Ia dijatuhi lagi hukuman. Lebih berat: 7 tahun.
Ketika saya tiba di rumah duka, pelayat tinggal beberapa. Jenazah sudah dibawa ke masjid besar Batu: Masjid Sugijono. Wali Kota Eddy yang membangun masjid itu. Sugijono adalah ayahnya.
Sang ayah adalah tokoh besar di Malang. Sampai dipanggil Ebes. Ia wali kota Malang yang sangat legendaris. Tidak ada jalan berlubang. Tidak ada genangan. Olahraga maju. Arema berdiri. Thomas Americo jadi juara tinju. Maraton Malang jadi kalender tetap. Klub basket Bima Sakti menambah harga diri.
Sugijono adalah tentara yang tegak lurus. Pandangan matanya tajam. Diam. Sulit tersenyum. Ketika bertugas di Manado mata tajam itu berhasil menggaet gadis Minahasa. Eddy Rumpoko adalah anak pertama mereka.
Sugijono juga penggagas berdirinya Batalyon 507/Sikatan (sekarang Batalyon 500/Raiders, Red) –pasukan pemukul Kodam V/ Brawijaya. Pangkat terakhirnya: Brigjen. Jabatan terakhirnya: Wagub Papua.
Saat bertugas di Timor Timur Sugijono mengangkat anak Thomas Americo. Saat di Papua Sugijono melahirkan begitu banyak pemain sepak bola Papua.
Eddy Rumpoko mewarisi jiwa jagoan bapaknya. Eddy aktif di berbagai organisasi: sepak bola, tinju, renang, Kadin, Hipmi, Pemuda Panca Marga, FKPPI, AMPI, sampai ke Pemuda Pancasila. Ia ketua Pemuda Pancasila Jatim.
Partainya: PDI-Perjuangan. Eddy adalah salah satu dari beberapa kepala daerah yang berprestasi dari PDI-Perjuangan: Banyuwangi, Surabaya, Kulonprogo, Semarang. Rasanya belum ada partai lain yang punya kepala daerah sehebat mereka.