‘Tembok Besar’ Trans Lapindo

Senin 25 Mar 2024 - 16:55 WIB
Reporter : Seno
Editor : Syariah muhammadin

Sasaran fisik tambahan, sambung Dansatgas, rehab Masjid untuk memberikan kelayakan tempat beribadah. Selain itu juga rehab MCK, agar masyarakat memiliki fasilitas MCK yang bersih dan terhindar dari berbagai penyakit.

•  ‘Tembok Besar’

Jejak masa lalu membekas di sanubari masyarakat Trans Lapindo yang harus bertransmigrasi dari kampung halamannya belasan tahun silam. 

Kerinduan kampung halaman enggan diingat. Semangat ratusan masyarakat Trans Lapindo tak surut untuk kelangsungan hidupnya. Melalui transmigrasi umum, membentuk permukiman baru.

Berbagai persoalan baru dihadapi (permukiman baru, masalah baru). Persoalan lahan sengketa hingga ganti rugi lahan usaha dialaminya, hingga ekonomi sulit tumbuh akibat belum definitifnya Desa Lubuk Talang. 

Diceritakan, Marsidi (65), Tokoh Masyarakat setempat, bahwa Desa Lubuk Talang ini belum tersentuh pembangunan kurang lebih selama 15 tahun.

“Saya dan saudara-saudara saya bertransmigrasi tahun 2008 dan sejak saat itu belum sama sekali ada pembangunan, terutama jalan desa, kondisinya terjal, licin dan berlumpur saat musim hujan. Kemudian, kondisi lahan disini masih banyak hutan, kayu-kayu besar berserakan. Butuh waktu 3 bulan, saya dan warga disini membersihkan lingkungan desa saat itu”, ungkapnya, sembari bersantai ngopi bareng.

Lanjutnya mengisahkan, “dulu disini juga banyak babi hutan, sehingga banyak warga melakukan pembukaan lahan untuk mengusir babi-babi hutan. Namun, setelah itu muncul harimau, menyasar ternak warga. Kemungkinan harimau itu lapar, karena babi hutan mulai jarang, maka harimau ke permukiman warga dan menyerang ternak”.

“Tak hanya itu, beberapa gajah juga muncul, namun hanya di kebun, memakan buah kelapa sawit. Kemudian kami mengusirnya dibantu petugas Polsus (Polisi Kehutanan)”, katanya.

Sambungnya mengulas beberapa peristiwa yang disaksikannya, “bertahun-tahun kami mengalami berbagai kesulitan. Kondisi jalan yang terjal dan licin saat hujan itu sering mengakibatkan anak-anak sekolah terjatuh dari motor, sehingga tidak jadi berangkat sekolah. Belum lagi ketika kami ingin keluar desa, ban motor harus dirantai, itupun masih sulit melewati jalan desa ini”, keluhnya, yang menyingkap berbagai persoalan desa. 

“Persoalan lain terkait hasil pertanian maupun perkembunan, semuanya sulit diangkut, bahkan harga-harga kebutuhan pokok lebih mahal”, ungkapnya.

Saat ini, “Alhamdulillah, kami bersyukur sekali dengan adanya TMMD ini. Luar biasa, TNI sangat membantu kesulitan kami. Warga awalnya seperti tidur, namun saat ini rasanya kembali bangkit, doa-doa kami seakan terjawab sudah, akhirnya desa kami tersentuh pembangunan, terimakasih banyak pak TNI”, terangnya dengan mimic wajah tersenyum bahagia.

Tambahnya, “Harapan kami, desa ini segera definitif, agar kami dapat anggaran Dana Desa (DD) seperti desa-desa lainnya. Sehingga, pemerataan pembangunan dan juga kemajuan desa semakin baik ke depan”.

Kebangkitan masyarakat Trans Lapindo mulai ada titik terang berkat TMMD. Membangun ‘Tembok Besar’ permukiman baru. Ini menguatkan kembali semangat masyarakat, dengan harapan hidup lebih layak, mandiri dan sejahtera ke depan.

‘Tembok Besar’ menjadi ilustrasi kebangkitan di wilayah baru masyarakat Trans Lapindo, kuat secara ekonomi, prospek hidup layak serta setara dengan kehidupan masyarakat lainnya.

Kategori :