Beriman, Berpuasa, Berperilaku Ihsan, dan Kontribusinya Bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Kamis 14 Mar 2024 - 22:01 WIB
Reporter : Adam
Editor : Azmaliar zaros

Khatib : Prof. Dr. H. Mawardi Lubis, M.Pd

(Dosen UIN FAS Bengkulu dan Imam Masjid Raya Baitul ‘Izzah Provinsi Bengkulu)

Email : mawardilubis@iainbengkulu.ac.id

Dari : Masjid Besar Jami' Babussalam,  Jalan P. Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

 

Kaum Muslimin jamaah Jumat yang berbahagia

Secara konseptual, ajaran Islam terdiri tiga dimensi. Yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Dimensi Iman terdiri dari enam rukun. Yakni beriman (percaya) kepada Allah swt, malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhirat, serta qadha dan qadar.

Dimensi Islam terdiri dari lima rukun. Yakni  mengucapkan dua kalimat syahadat (syahadatain), mendirikan salat lima waktu dalam sehari semalam, berpuasa pada bulan Ramadan, menunaikan zakat, dan mengerjakan haji. Dimensi Ihsan adalah seseorang beribadah (menyembah) kepada Allah Swt seolah-olah dia melihat Allah Swt, jika dia tidak bisa melihat Allah Swt maka dia merasakan bahwa Allah Swt selalu hadir dan mengawasi dirinya (HR. Bukhari dan Muslim dari Umar Bin Khaththab ra).

Ketika tiga dimensi tersebut di atas (Iman, Islam, dan Ihsan)  seharusnya berbanding lurus (linier) dalam diri seseorang. Artinya seseorang yang sudah mempunyai keyakinan (Iman), kemudian dia bisa buktikan dengan perbuatannya/ta’at beribadah kepada Allah Swt (Islam) dan memiliki kebagusan dalam berperilaku (Ihsan), bertakwa kepada Allah Swt, serta berakhlak mulia. Namun, kenyataan dalam kehidupan sehari-hari ketiga dimensi ini (Iman, Islam, dan Ihsan) sering kurang linier dalam diri seseorang, sehingga menjadi akar permasalahan bagi kurang suksesnya seseorang dalam meraih kebahagiannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Begitu juga halnya dengan konsep kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana ada empat dimensi yang menjadi penentu dan memiliki pengaruh yang sangat urgent terhadap kehidupan seseorang dalam berbangsa dan bernegara, yang dikenal dengan empat pilar kebangsaan. Yakni Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Ketika empat pilar kebangsaan tersebut berada pada posisi linier dalam kehidupan seseorang, maka seseorang akan memiliki banyak kontribusi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun sering terjadi sebaliknya, dimana seseorang belum mampu untuk menjadi warga negara yang menjadikan empat pilar kebangsaan sebagai sesuatu yang linier dalam kehidupannya.

Beriman, Berpuasa, Berperilaku IIhsan  dan Kontribusinya Bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Sebagaimana dijelaskan di atas, berpuasa di bulan suci Ramadan merupakan salah satu kewajiban dan pertanda (indikator) seseorang disebut sebagai orang yang beriman (mukmin/mukminat), yang akan mengantarkan dia menjadi pribadi yang bertakwa kepada Allah Swt (ikhlas dalam melaksanakan segala perintah Allah Swt dan menjauhi laranganNya) sebagai buah/hasil dari iman dan ibadah puasa (ihsan) (Q.S : 2, Al-Baaqarah, ayat 183). Oleh karena itu, ketika seorang mukmin/mukminat menjalankan ibadah puasa, dia dituntut untuk mengikuti aturan Allah Swt dan Rasulullah Saw.

Orang yang berpuasa wajib memenuhi syarat, rukun, dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa serta termasuk menjaga diri hal-hal yang bisa merusak pahala puasanya atau memelihara lidah dan anggota badannya dari semua kekejian dan pelanggaran-pelanggaran.

Seperti tidak boleh berkata kotor, marah-marah (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah), tidak boleh berbohong, ghibah (membicarakan orang lain), adu domba, sumpah palsu, dan melihat lawan jenis dengan syahwat (nafsu) (Hadits dari Anas bin Malik).

Kategori :