RADAR BENGKULU, JAKARTA - Meskipun tahun 2025 belum berjalan sebulan, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran kini sudah membayangi para pekerja di negara Indonesia.
Seperti dikutip dari laman DISWAY.ID, bahkan, badai PHK ini juga telah terjadi kepada sejumlah perusahaan besar di dunia. Salah satunya adalah Microsoft yang dikabarkan telah melakukan PHK besar-besaran kepada 1.900 karyawannya pada awal tahun 2024 lalu.
Sampai dengan bulan Juni 2024 lalu, jumlah karyawan Microsoft masih terus berkurang hingga menyisakan 228.000 karyawan.
Menanggapi hal ini, Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sutrisno Iwantono menyatakan bahwa adanya gelombang PHK adalah sesuatu yang harus dihindari, ditengah-tengah ekonomi Indonesia memang sedang tidak baik-baik saja ini.
"Ya kita tahu ekonomi kita sedang tidak baik-baik saja. Tahun 2025 ini juga hampir semua orang meramalkan akan sulit juga. Tapi kita berharap 2025 ini jangan sampai terjadi gelombang PHK yang besar," jelas Sutrisno dalam diskusi daring yang digelar pada Sabtu 11 Januari 2025.
BACA JUGA:Mengenang Pertempuran Tarakan dan Berbagai Peristiwa Lainnya, Fakta Unik 11 Januari
BACA JUGA:Harus Hati-Hati, Pemerintah Naikkan Usia Pensiun Menjadi 59 Tahun
Ketua Umum Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia Sunarno juga turut membenarkan adanya PHK besar-besaran di kalangan para buruh. Kendati begitu, dirinya juga menambahkan bahwa fenomena ini biasanya terjadi karena adanya relokasi.
"Beberapa waktu terakhir ini, memang banyak terjadi pengurangan karyawan atau PHK untuk yang ada di industri padat karya. Seperti untuk garment dan tekstil. Tapi tidak semuanya kasusnya itu bangkrut atau tutup, jadi ada banyak juga dari perusahaan-perusahaan itu karena relokasi aja," ujar Sunarno.
Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Yassierli, penguasaan hard skills seperti AI dan Big Data, soft skills seperti creative thinking, resilience, leadership, dan analytical thinking menjadi kunci keberhasilan tenaga kerja di masa depan.
"Tenaga kerja sebagai human potential yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada pengembangan potensi holistik," ucapnya.(*)