Para peternak berharap pemerintah segera memberikan solusi konkrit, termasuk vaksinasi massal atau penyuluhan kesehatan hewan. Mereka juga mendesak agar dinas terkait lebih proaktif dalam memantau kondisi ternak di daerah-daerah rawan.
"Kalau pemerintah bergerak cepat, mungkin kerbau kami yang masih hidup bisa diselamatkan. Jangan sampai kami kehilangan semuanya," tutur Dahlan, dengan nada penuh harap.
Menanggapi laporan warga, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinakeswan Provinsi Bengkulu, Indah Permata Sari, memastikan pihaknya akan bertindak.
"Kami sudah menerima laporan tentang kematian mendadak ternak kerbau di Kampung Melayu. Besok (hari ini), kami bersama dinas terkait dari kota akan turun ke lapangan," ujar Indah.
Indah menjelaskan, langkah awal yang akan dilakukan adalah investigasi untuk mengetahui penyebab, pasti kematian ternak.
BACA JUGA:Jangan Simpan Penyakit Hati, Terkadang Terjadi Karena Pujian
BACA JUGA:Pleno KPU Provinsi Bengkulu Dijadwalkan Tanggal 7 Desember
"Kita akan melakukan pemeriksaan langsung di lokasi untuk mengidentifikasi penyakit atau faktor lain yang menyebabkan kematian tersebut," katanya singkat.
Kematian mendadak ternak ini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan peternakan lokal di Kampung Melayu. Selain kerugian materi, kejadian ini juga mempengaruhi psikologis para peternak yang bergantung pada ternak sebagai sumber penghidupan utama.
Kasus serupa pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, yang sering kali disebabkan oleh penyakit seperti Septicaemia epizootica (SE) atau Anthrax. Kedua penyakit ini dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan kematian mendadak pada ternak, terutama di musim hujan. Namun, hingga kini, belum ada konfirmasi resmi mengenai jenis penyakit yang menyerang kerbau di Kampung Melayu.