Artinya: "Ketika anjing menjilat bejana, maka basuhlah tujuh kali dengan dicampuri debu pada awal pembasuhannya." (HR. Muslim).
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda: "Sucinya bejana kalian semua ketika dijilat anjing adalah dengan dibasuh tujuh kali, yang pertama dicampuri oleh debu." (HR. Muslim).
Air liur anjing yang bersifat 'ainiyyah ini masih terlihat dan tampak wujudnya dan dapat ditangkap oleh indera manusia, seperti misalnya masih tercium baunya. Najis 'ainiyyah ini lebih mudah disucikan.
BACA JUGA:Jenang Siwalan, Jajanan Tradisional dari Tuban, Selain Nikmat juga Memiliki Cita Rasa yang Khas
Adapun air liur anjing yang bersifat hikmiyyah ini sudah tidak ada lagi wujudnya tetapi hakikatnya masih ada, seperti misalnya jilatan air liur anjing pada lantai yang telah mengering.
Apabila seseorang tidak mengetahui di mana pastinya tempat najis itu berada, sebaiknya ia melakukannya dengan cara yang paling aman yaitu dengan mencuci pakaian dan anggota badan yang terbuka (tidak tertutup pakaian), misalnya kaki atau tangan. Cara mencucinya dengan dicuci sebanyak tujuh kali dan sekali dengan air yang bercampur tanah.
Hasan Ayyub menyebutkan dalam bukunya Fikih Ibadah: Panduan Lengkap Beribadah Sesuai Sunnah Rasul, apabila jika suatu benda licin seperti cermin, pisau, dan kaca di atasnya terdapat najis lalu diusap sehingga bekas najis itu menjadi hilang, maka benda itu telah suci. Kecuali, air liur anjing yang jatuh di suatu tempat.
Tempat itu tidak menjadi suci kecuali dengan dicuci sebanyak tujuh kali yang salah satunya disertai dengan tanah. Sebaiknya, pada basuhan pertama disertai dengan tanah.
Basuhan pertama dihitung dari basuhan yang menghilangkan zat najis tersebut. Dengan demikian, selama zat najis itu masih ada, maka basuhan yang dilakukan masih dianggap satu hingga hilangnya benda najis tersebut.