Khutbah Jumat: Hikmah Mensyukuri Nikmat
Sukran Jayadi, S.Sos.I, M.Pd.I--
Khatib : Sukran Jayadi, S.Sos.I, M.Pd.I
(Penyuluh Ahli Madya Kota Bengkulu, Ketua PD IPARI Kota Bengkulu dan Ketua Pokjaluh Kota Bengkulu)
Disampaikan di : Masjid Besar Al-Amin, Jalan RE Martadinata Kelurahan Kandang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu
Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia,
Berangkat dari firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya : “Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.
Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia, ulama ternama Ibnu Athoillah As-Sakandary membagi syukur menjadi 3 tingkatan.
Yaitu syukurnya orang awam, khosh, dan khowashul khowash.
Syukurnya orang awam biasanya hanya saat ia menerima nikmat saja. Seperti makan, minum, berpakaian, punya uang, badan sehat, dan sebagainya.
Syukurnya orang khosh (khusus) lebih luas lagi daripada hanya bersyukur atas nikmat, akan tetapi sudah menjadikan sebagai nikmat ketika mendapatkan musibah dan malapetaka dalam hidupnya, seperti sakit, kelaparan, kemiskinan dan kematian yang menimpa.
Adapun syukurnya orang khowashul khowash (khususnya khusus), atau orang yang sudah mencapai derajat makrifat yaitu ia merasa sudah tidak membutuhkan untuk mendapatkan nikmat atau tida bersedih ketika malapetaka datang dari Allah SWT, dikarenakan ia telah begitu dekat dan cintanya kepada Allah SWT.
Imam al-Jarnuzy, Pengarang kitab Ta'limul Muta'allim memberi pencerahan baru tentang pembagian syukur, dimana beliau menjelaskan bahwa bersyukur itu bisa dilakukan dengan 4 (empat) bentuk yang masing-masing memiliki 2 (dua) sasaran. Yakni bersyukur kepada Allah SWT dan bersyukur kepada manusia, sebagai wasilah pertolongan Allah SWT.
Adapun dimensi bersyukur adalah :
Pertama, As-Syukru bil lisan (bersyukur lewat lisan), dengan banyak berdzikir memuji dan mengagungkan nama Allah SWT, Sang pemberi nikmat yang tiada terhingga dimana saat kita mendapat nikmat dari Allah SWT maka kita mengucapkan "alhamdulillah".