Menegakkan Keadilan dan Rasa Persaudaraan
Wawan Karnawan--
Allahu Akbar.. Allahu Akbar... Allahu Akbar Wa Lillahil Hamdu.
Kesempurnaan keyakinan dan ketundukan sebagai hamba Allah SWT ini, dapat kita teladani dari kehidupan Nabi Ibrahim alaihissalam. Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah teladan sempurna, dalam penyerahan diri kepada Allah, dan contoh yang agung tentang kesungguhan dalam menjalankan dan mendakwahkan ajaran-ajaran Islam.
Ketundukan yang sempurna ini, kadang tidak dapat dipahami oleh akal pikiran, dan tak dapat diterima oleh perasaan. Yang bisa menerimanya hanyalah jiwa yang penuh dengan keimanan dan keyakinan. Dan Nabi Ibrahim alaihissalam telah menunjukkan kepada kita, bagaimana keimanan dan keyakinan yang sempurna itu.
Dari Nabi Ibrahim alaihissalam kita belajar untuk memasrahkan jiwa sepenuhnya kepada Allah SWT. Seperti yang tampak dalam ucapan beliau yang artinya :
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan teguh kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (QS. Al An’am: 79)
Nabi Ibrahim AS diperintah oleh Allah SWT untuk bertauhid, maka beliau pun bertauhid, walaupun harus berhadapan dengan seluruh dunia. Sebab hanya dirinya seorang yang bertauhid pada saat itu.
Allah SWT perintahkan beliau untuk mendakwahkan ajaran Islam kepada penguasa paling zalim pada zamannya, maka beliau pun datang dengan gagah berani.
Sebagai seorang pejuang tauhid, Nabi Ibrahim AS berani menentang kezaliman dan menyebarkan kebenaran. Ia tidak takut menghadapi Raja Namrud dan menentang ajarannya yang menyimpang. Ia dengan tegar mengungkapkan keyakinannya bahwa hanya Allah SWT satu-satunya yang berhak disembah di seluruh alam semesta.
Nabi Ibrahim AS dianiaya atas kepercayaan dan keyakinannya tersebut. Raja Namrud dengan kejam mencoba memadamkan cahaya kesucian yang ada dalam diri Nabi Ibrahim AS. Ia membakar dan menyiksa Nabi Ibrahim AS sebagai hukuman atas keteguhannya. Namun tidak ada kezaliman yang bisa meredam semangatnya.
Beliau menanggung semua penderitaan ini dengan keberanian dan kesabaran yang mengagumkan.
Melalui kisah ini, kita bisa belajar bahwa keadilan tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh kezaliman. Bahwa ketegasan kita dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran, akan membawa cahaya yang dapat menghapus kegelapan. Dan semua ini hanya mungkin terjadi, jika kita memiliki keberanian dan ketabahan seperti yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS.
Perjuangan Nabi Ibrahim AS melawan kezaliman mengajarkan kita tentang arti keberanian, keteguhan, dan cinta kepada Allah SWT. Beliau adalah teladan sempurna bagi kita dalam menghadapi segala bentuk pelanggaran dan tantangan kehidupan. Melalui kisah perjuangan Nabi Ibrahim AS, kita diingatkan untuk senantiasa berjuang demi kebenaran, meski dalam situasi yang sulit sekalipun.
Allah telah berfirman yang artinya: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (QS. An-Nahl: 123)
Inspirasi dan teladan perjuangan Nabi Ibrahim AS kita wujudkan dengan melawan segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan, khususnya seperti yang terjadi di Palestina saat ini. Kita dapat meneladani Nabi Ibrahim AS dengan menunjukkan empati, belas kasihan, dan sikap bijaksana kepada saudara-saudara kita yang ada di sana. Kita dapat berbagi berita, informasi, dan dukungan kepada mereka melalui media sosial dan perbincangan harian. Kita pun dapat menyalurkan bantuan, mengadakan kegiatan kemanusiaan, dan memberikan doadoa penuh ketulusan.
Solidaritas kepada kaum muslimin di Palestina bukanlah sekadar simpati sesama muslim belaka, namun ia adalah panggilan hati untuk berdiri di sisi kemanusiaan. Bila kita bersama-sama menyuarakan perlawanan atas ketidakadilan ini, maka kita dapat menjadi juru bicara persaudaraan dan kasih sayang, sekaligus pengingat bagi dunia bahwa perjuangan mereka harus ditanggapi dengan tindakan. Hanya dengan solidaritas yang kuat dan tindakan nyata, kita dapat memberikan harapan bagi kaum muslimin di Palestina.