Museum BI Pamerkan Uang Kuno Lintas Zaman di Benteng Terbesar Inggris di Bengkulu
Museum Bank Indonesia akan memamerkan koleksi uang logam dan uang kertas lintas zaman, mulai dari zaman kerajaan, periode penjajahan, perjuangan hingga waktu -Ist-
Misalkan daerah Sumatera ada tulisan Arab Melayu. Bahasa Arab Jawa. Ini bisa dibaca publik juga saat pameran.
Diwawancarai via zoom, Zaenal juga mengatakan, Museum BI akan membawakan Orida Bengkulu dan Orida Curup bagian keresiden Sumatera Selatan. Ori (Oeang Reopublik Indonesia) adalah mata uang pertama Negara Indonesia.
Zaenal menceritakan singkat soal Ori (Oeang Republik Indonesia) dan Orida. Ia mengatakan, sebelum memiliki mata uang sendiri, kita masih menggunakan uang peninggalan kolonial. Pada 30 Oktober 1946 pertama kali Ori beredar dengan penuh suka cita.
Situasi kondisi saat Angresi Militer II Belanda, Ori dicetak berpindah- pindah dengan bahan sederhana dan pada saat itu Ori ingin dihancurkan sistemnya dengan memalsukan Ori. Kemudian Belanda mengintimidasi penduduk untuk tidak menggunakannya. Akhirnya 1947, pemerintah memberikan kewenangan Ori dicetak masing-masing di daerah. Ori Da (Daerah) atau Orida namanya, berlaku hanya di daerah tertentu saja. Termasuk Bengkulu. Ada Orida Bengkulu dan Orida Curup. Karena, Curup kala itu bagian Residen Sumatera Selatan.
"Saat pameran nanti, Museum BI ingin mengenalkan dan mengingatkan sejarah mata uang. Betapa susah dan heroiknya Rakyat Indonesia memperjuangkan mata uang sebagai tanda berdaulat. 'Satu uang satu juang' sebagai simbol kedaulatan," katanya.
Selain itu juga, koleksi numismatik berkisah Ratu Belanda dan pencapaianya pemerintahan Belanda. Ini ditampilkan karena adanya keterkaitan Bengkulu dan Belanda dari Traktat London akan ditampilkan untuk pengunjung.
Secara khusus, Museum BI akan membawa 20 era kolonian, kontemporer dan uang kertas koleksi uang. Khusus Orida akan dibawa pecahan 100 dan 500. Disamping itu juga, Museum BI akan menyiapkan game mengangkat replika emas batangan yang 90 persen mirip dengan emas batangan 1000 gram.
Disisi lain, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu, Darjana melalui Deputi Kepala Perwakilan BI Bengkulu, D. Adhitya Nugraha menyampaikan, pameran uang dari Museum BI gratis. Pengunjung masuk Benteng tidak perlu bayar. BI juga sudah mengundang beberapa sekolah untuk menambah semarak kehadiran pameran uang.
D. Adhitya Nugraha juga mengatakan, Momentum 2 Abad Traktat London dengan serangkaian kegiatan postif ini bukan untuk membangkitkan ingatan terkait penjajahan di Bengkulu. Pihak BI bersama pemerintah daerah lewat momentum ini dapat mengungkit pertumbuhan ekonomi Bengkulu lewat pariwisata dan investasi.
BI melihat dari sisi strategisnya. Bengkulu punya keterkaitan sejarah 3 Negara. Yakni Inggris, Belanda dan Singapura. Dari tiga negara ini, BI sudah mengundang untuk hadir menjabarkan peluang-peluang investasi di Bengkulu nantinya.