Keterlambatan Pendistribusian BBM, Warga Bengkulu jadi Korban

Keterlambatan Pendistribusian BBM, Warga Bengkulu jadi Korban--

Menurut dia, jalur laut memungkinkan waktu tempuh distribusi BBM hanya sekitar lima jam. Namun kini, distribusi dilakukan lewat darat dari kilang di Provinsi Lampung, Sumatera Barat, dan dari Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Waktu pengiriman pun membengkak hingga lebih dari satu hari.

Kondisi ini, lanjut Steven, tidak hanya memperlambat distribusi, tetapi juga menambah beban operasional dan logistik. Bahkan, Pertamina disebut tidak menunjukkan komitmen yang kuat dalam memenuhi permintaan dari Pertashop.

“Setiap kami memesan Pertamax, selalu dikirim satu minggu setelahnya. Ini sangat merugikan, apalagi BBM yang kami jual adalah BBM nonsubsidi yang menyumbang pendapatan bagi negara,” ujarnya.

Kritik terhadap lambannya distribusi juga mencuat karena pihak Pertamina disebut tidak memberikan penjelasan yang memadai atas keterlambatan tersebut. Di tengah tekanan akibat alur pelabuhan yang dangkal, respons dari perusahaan energi pelat merah itu justru dinilai kurang sigap.

Dampak pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai sejatinya tidak hanya dirasakan oleh sektor BBM. Aktivitas ekspor komoditas unggulan Bengkulu seperti batu bara, crude palm oil (CPO), dan cangkang sawit juga mengalami kerugian besar akibat kapal-kapal berbobot besar tidak bisa bersandar maksimal.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan