Mahasiswa Unib Ciptakan Inkubator Telur Penyu, Tingkatkan Kelestarian Spesies Terancam Punah

Rektor Unib, Dr. Retno Agustina Ekaputri--

RADAR BENGKULU – Dalam upaya menjaga kelestarian penyu dari ancaman kepunahan, mahasiswa Universitas Bengkulu (Unib) yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Perkumpulan Konservasi Alam Teknis (PULKANIK) Fakultas Teknik (FT), memperkenalkan sebuah terobosan teknologi berupa inkubator telur penyu. Inovasi ini dinilai mampu meningkatkan keberhasilan penetasan telur penyu hingga lebih dari 60%, memberikan harapan baru bagi pelestarian satwa langka tersebut. 

M. Ridho S., perwakilan PULKANIK FT Unib, menjelaskan bahwa inkubator ini dirancang untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi perkembangan telur penyu. "Inovasi ini membantu penetasan telur-telur penyu dengan mengontrol suhu, kelembaban, dan faktor lingkungan lainnya yang krusial bagi kelangsungan hidup embrio," ujarnya dalam Seminar Pengembangan Inovasi Teknologi Konservasi dan Pelepasliaran Tukik di Pantai Penangkan, Desa Pekik Nyaring, Kabupaten Bengkulu Tengah, Minggu (20/4/2025).  

Penyu merupakan salah satu satwa yang terancam punah akibat perburuan liar, pencurian telur, dan kerusakan habitat. Dengan teknologi ini, diharapkan lebih banyak tukik (anak penyu) yang dapat menetas dan kembali ke laut, memperkuat populasi penyu di alam.  

Dalam kesempatan yang sama, dilakukan pelepasan puluhan tukik ke laut lepas pantai Bengkulu Tengah. Kegiatan ini menjadi simbol komitmen bersama antara akademisi, mahasiswa, dan pemerintah dalam menjaga ekosistem laut.  

BACA JUGA:Tindakan Pemerintah Terhadap Harga TBS Sawit Jangan Sekedar Pencitraan

BACA JUGA:Kasus Diare Tembus 2.838, Dinas Kesehatan Imbau Warga Jaga Sanitasi Lingkungan

"Pelepasliaran tukik ini bukan sekadar seremonial, melainkan bagian dari upaya jangka panjang untuk memulihkan populasi penyu. Setiap tukik yang berhasil kembali ke laut adalah harapan baru bagi kelestarian spesies ini," tambah Ridho.  

Ke depan, tim PULKANIK FT Unib berencana menyempurnakan desain inkubator agar lebih efisien dan dapat diaplikasikan di berbagai lokasi konservasi penyu di Indonesia. Mereka juga mendorong penelitian lebih lanjut untuk memastikan dampak jangka panjang teknologi ini terhadap peningkatan populasi penyu.  

"Inovasi ini baru langkah awal. Kami ingin terus berkontribusi dengan solusi teknologi yang tidak hanya membantu penyu, tetapi juga satwa lain yang terancam punah," kata Ridho.  

Sementara itu Rektor Unib, Dr. Retno Agustina Ekaputri, menyambut baik inovasi ini dan berharap agar pengembangan teknologi serupa terus dilakukan. "Keberhasilan inkubator ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara teknologi dan konservasi alam sangat mungkin dilakukan. Kami berharap ini memotivasi mahasiswa lain untuk terus berinovasi menciptakan solusi bagi masalah lingkungan," ujar Retno.  

BACA JUGA:Sosialisasi Pembangunan Wilayah Pantai di Pantai Pelabuhan Sekunyit dan Pantai Pelabuhan Pasar Lama

BACA JUGA:Harga TBS Sawit Tingkat Pabrik Masih di Bawah Harga Ketetapan Provinsi, SE Gubernur Helmi Dicueki

Dukungan juga datang dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Bengkulu, Safnizar, S.Hut, MP. Ia menegaskan kesiapan pemerintah daerah untuk mendukung inovasi mahasiswa ini. 

"Kami sangat mengapresiasi karya nyata ini dan siap berkolaborasi dalam upaya pelestarian penyu. Teknologi semacam ini sangat dibutuhkan untuk memastikan kelestarian satwa langka," kata Safnizar.  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan