Hakikat Kembali ke Fitrah

Dr. H.Khoiruman, M.Pd.I--
Khatib : Dr. H.Khoiruman, M.Pd.I
Disampaikan di : Masjid Raya Baitul ‘Izzah, Jalan Raya Pembangunan Kelurahan Padang Harapan Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu
Hadirin Sidang Jumat Rohimakumllah
Kita maklumi bersama bahwa bahwa hari ini adalah Tanggal 5 Syawal 1446 H, masih terasa sekali suasana perayaan hari Raya ‘Idul Fitri disekitar lingkungan kita.
Dan kita berharap momem perayaan ‘Idul fitri kita benar benar berjalan dengan menyenangkan, menenangkan dan penuh dengan hikmah.
Hadirin Sidang Jum’at Rohimakumllah
Di momen ‘Idul fitri ini kita sering mendengar istilah bahwa kita kembali kepada fitrah kita sebagai manusia....Sebenarnya apa itu makna hakikat kembali fitrah ?
Hadirin Sidang Jumat Rohimakumllah
Kata fitrah dari segi bahasa dalam konteks manusia mengandung beberapa arti yaitu, asal kejadian, kesucian, dan bisa bermakna agama yang benar. Fitrah yang berarti asal kejadian bermakna bagaimana manusia melakukan seluruh aktivitasnya dengansenantiasa kembali kepada fungsi dan peruntukan segala sesuatu itu diciptakan oleh Allah SWT. Sebagai contoh. Allah menciptakan mata untuk melihat ayat-ayat Allah SWT, Allah SWT menciptakan telinga untuk mendengar segala hal yang diridhoi Allah SWT, Allah SWT menciptakan hati supaya kita beriman kepadaNya.
Lebih luas lagi makna kembali kepada fitrah yang berarti asal kejadian adalah kita berusaha kembali menjadi manusia yang memahami tujuan manusia
diciptakan di muka bumi ini, yaitu menjdi Khalifah dan beribadah kepada Allah SWT.
Hadirin Sidang Jum’at Rohimakumllah
Fitrah yang berarti kesucian bermakna bahwa seseorang yang suci harus ada dalam dirinya tiga hal yaitu ilmu, akhlak, dan keindahahan atau dalam bahasa lain seseorang bisa dikatakan suci jika orang tersebut senantiasa mencari kebenaran dengan dasar Ilmu. Di samping itu juga dia juga harus menghiasi perilakunya dengan akhlaq yang terpuji dan dia juga senantiasa mencintai keindahan dalam menjalankan kehidupannya.
Dengan kata lain seseorang bisa disebut suci, jika dia sebagai ilmuwan karena dia berilmu, dia juga seorang yang budiman karena berakhlaq, dan dia juga seorang seniman, karena menyukai keindahan, dan kerapian