Menjaga Kebiasaan Ibadah Ramadhan Setelah Ramadhan Tiada

HM. Nasron. HK--
Khatib : HM. Nasron. HK
Disampaikan di : Masjid Jami’ Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT. Karena kita masih terus Allah berikan nikmat serta karunia-Nya, juga begitu banyak Rizki yang kita terima. Serta tak luput ber Sholawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan Beliau kita bisa seperti ini.
Jamaah Jumat yang Berbahagia
Kita baru saja melewati Bulan Ramadhan, di mana dalam bulan tersebut telah mengajarkan kita untuk lebih dekat kepada Allah dengan berbagai ibadah baik Mahdho maupun Khairu Mahdho. Seperti puasa, shalat, sedekah, tilawah, dan amal kebajikan lainnya.
Di bulan Ramadhan juga, berbagai ibadah terasa sangat ringan dilaksanakan karena dilakukan dengan keikhlasan dan berjamaah dengan penuh kebersamaan. Kita merasakan sendiri bagaimana kita mengalami lonjakan spiritual saat Ramadhan. Masjid penuh, Al-Qur'an dimana Masjid terdengar oleh kita lantunannya, demikian juga dengan ketika berdoa yang terasa lebih khusyuk, semangat berbagi kepada sesama nyaris tak pernah luput setiap hari.
Nah, tren positif ini tentu harus kita jaga dengan terus melakukan ikhtiar melalui peningkatan kekuatan untuk istiqamah dalam kebaikan. Lalu bagaimana cara kita untuk menjaga semangat ibadah yang telah kita sudah lakukan selama Ramadhan?, walaupun itu terasa berat.
Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad di dalam kitab Risalatul Mu'awanah, mengungkapkan, paling tidak ada empat (4) hal yang bisa kita jadikan motivasi agar ibadah selama Ramadhan bisa kita lakukan juga pada bukan lain, dan bahkan bisa juga dengan tidak langsung menghindari perbuatan-perbuatan dosa, dan itu terjadi karena faktor lain.
Pertama, senantiasa menyadari keberadaan Allah SWT yang mengetahui apa saja yang dilakukan oleh kita dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang luput dari pandangan dan kehendak Allah,termasuk yang terbersit dalam hati.
Kedua, Menyadari bahwa Allah memiliki para malaikat yang bertugas mencatat amal dan perbuatan kita. Ada dua malaikat yang membersamai kita dalam hidup yang bernama Malaikat Raqib dan Atid. Mereka akan mencatat amal baik dan buruk kita. Ketika kita melakukan ibadah dan kebaikan, maka kita akan mendapatkan balasan pahala. Sebaliknya, jika kita berbuat jahat dan buruk maka kita akan mendapatkan balasan dan dosa di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman: yang artinya, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.” (Surat Az-Zalzalah ayat 7).
Ketiga, Menyadari bahwa kehidupan di dunia ini memiliki batas. Yakni kematian yang merupakan sebuah keniscayaan. Ketika kematian sudah datang, maka tidak ada satupun yang sanggup untuk menolaknya. Ketika Allah berkehendak mencabut nyawa makhluknya, maka itu adalah kepastian yang tak bisa ditolak. Allah telah menyebut hal ini dalam Al-Qur’an surat Al-A'raf ayat 34: yang artinya, “Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.” Keempat, yang terakhir adalah kita harus mengingat janji dan ancaman Allah SWT. Dengan mengingat janji Allah, kita akan termotivasi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Kemudian saat mengingat ancaman Allah, kita akan termotivasi untuk menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT.
Jamaah Jumat yang berbahagia