Kalau Sudah Kiamat, Apakah Manusia Akan Mengingat Kehidupan Dunia Ini Jawabnya

Kalau Sudah Kiamat, Apakah Manusia Akan Mengingat Kehidupan Dunia Ini Jawabnya -Poto ilustrasi-
قَالَ هَلْ اَنْتُمْ مُّطَّلِعُوْنَ ٥٤ فَاطَّلَعَ فَرَاٰهُ فِيْ سَوَاۤءِ الْجَحِيْمِ ٥٥ قَالَ تَاللّٰهِ اِنْ كِدْتَّ لَتُرْدِيْنِ ۙ ٥٦ وَلَوْلَا نِعْمَةُ رَبِّيْ لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِيْنَ ٥٧
Artinya: "Dia berkata, "Maukah kamu menengok (temanku itu)?" Maka, dia menengoknya. Lalu, dia melihat (teman)-nya itu di tengah-tengah (neraka) Jahim. Dia berkata, "Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakanku. Sekiranya bukan karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka)." (QS As Saffat: 54-57).
Sehubungan dengan hal ini, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar Al-Bazzar dalam kitab musnadnya. Dari Salamah ibnu Syabib, dari Sa'id ibnu Dinar, dari Ar-Rabi' ibnu Sabih, dari Al-Hasan, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ اشْتَاقُوا إِلَى الْإِخْوَانِ، فَيَجِيءُ سَرِيرُ هَذَا حَتَّى يُحَاذِيَ سَرِيرَ هَذَا، فَيَتَحَدَّثَانِ، فَيَتَّكِئُ هَذَا وَيَتَّكِئُ هَذَا، فَيَتَحَدَّثَانِ بِمَا كَانَ فِي الدُّنْيَا، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: يَا فُلَانُ، تَدْرِي أَيَّ يَوْمٍ غَفَرَ اللَّهُ لَنَا؟ يَوْمَ كُنَّا فِي مَوْضِعِ كَذَا وَكَذَا، فَدَعَوْنَا اللَّهَ -عَزَّ وَجَلَّ-فَغَفَرَ لَنَا
Artinya: "Apabila ahli surga telah memasuki surga, mereka merasa rindu kepada teman-teman mereka, maka datanglah (kepadanya) singgasana temannya itu hingga berhadapan dengan singgasananya. Lalu keduanya berbincang-bincang seraya bersandar di singgasananya masing-masing. Keduanya membicarakan masa lalu mereka ketika di dunia; salah seorangnya berkata kepada temannya, "Hai Fulan, tahukah kamu hari apakah Allah memberikan ampunan kepada kita? Yaitu di hari ketika berada di tempat anu, lalu kita berdoa kepada Allah (memohon ampun), maka Dia memberi ampun bagi kita."
Menurut penelusuran detikHikmah, ada perawi yang tidak dikenal dalam hadits tersebut. Imam Ibnu Katsir mengatakan, menurut Abu Hatim, Sa'id ibnu Dinar Ad-Dimasyqi orangnya tidak dikenal dan gurunya yang bernama Ar-Rabi' ibnu Sabih dipertanyakan para ulama ditinjau dari segi hafalannya, tetapi dia adalah orang yang saleh dan siqah.(***)