Dan hal ini sangat tidak menarik bagi masyarakat. Karena Helmi-Mian adalah figure yang juga sudah pernah memimpin daerah, dan praktek pengelolaan pemerintahan selama dia menjadi Walikota Bengkulu dan Mian sebagai Bupati Bengkulu Utara, bukan tidak tahu oleh semua masyarakat tentang kelemahannya.
BACA JUGA:Bupati Kaur Hadiri Syukuran Gedung Baru Pengadilan Agama Bintuhan
BACA JUGA:Tiga Puskesmas Gelar Penyuluhan Kader Posyandu Tentang Gizi
Hal lain penanganan jaringan tim tidak tertata rapi, apa lagi sampai kepada level terstruktur dan masif. Tim elit yang dipakai Helmi-Mian, pertama adalah orang-orang yang berkhianat pada Rohidin Mersyah dengan alasan berbagai faktor.
Mereka ini sangat fragmatis, dan hanya mementingkan kepentingan pribadi, seperti jabatan dan lain-lain yang sifatnya sesaat. Dan mereka ini tidak memiliki militansi perjuangan, apa lagi mempunyai basis massa yang berakar. Orang-orang yang dominan berjiwa fragmatis bagai kutu loncat, atau bunglon tidak dapat diandalkan dalam sebuah perjuangan besar.
Barisan inilah yang selalu mengkampanyekan keburukan Rohidin, dan mereka dipakai oleh Helmi-Mian, untuk mendongkrak popularitas paslon ini.
Sebagai sebuah analisis, maka ketentuan akan dapat dilihat pada ending, atau hasil akhir. Tetapi analisis selalu berbasis data. Dan sampai tulisan ini dirilis, Rohidin-Meriani masih masuk dalam radar; sebagai pemenang di PilGub Bengkulu 2024 ini.