RBI, BENTENG – Meskipun industri kreatif terus berkembang, namun kerajinan anyaman bambu tradisional masih eksis di Kabupaten Benteng.
Diterangkan Gusti, warga Benteng, salah satu kerajinan tangan anyaman bambu seperti yang ada di Desa Bang Haji yang mana menggeluti kerajinan anyaman bambu selama puluhan tahun oleh kaum wanitanya.
"Kerajinan anyaman mulai dari bahan baku bambu yang dianyam sedemikian rupa oleh masyarakat di desa Bang Haji, yaitu beronang yang dibuat untuk kebutuhan pokok masyarakat di desa setempat," jelasnya.
"Mulai dari tampian untuk menampi beras, terus ada yang untuk menyimpan sirih, dan juga ada yang untuk tempat mencuci beras dan masih banyak lainnya," tambahnya.
BACA JUGA:Akhir Tahun Ditutup dengan Kegiatan Perkemahan
Diterangkan dia, cerita panjang perjalanan anyaman bambu adalah sebuah seni asli warisan budaya lokal. Budaya tersebut beragam untuk kebutuhan pokok suatu masyarakat masing-masing dan memiliki manfaat yang bisa membantu masyarakat di Desa Bang Haji.
"Proses pembuatan dimulai dengan pengambilan batang bambu untuk bahan baku masih menggunakan pisau yang menjadi salah satu alternatifnya. Proses penjemuran bambu untuk membuat beronang memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 2- 3 hari dari mengupas kulitnya menjadi tipis," jelasnya.
BACA JUGA:Sapa Masyarakat Sari Mulyo, Bupati Salurkan 4.375 Ton Benih Padi
BACA JUGA:Kasus DBD Meningkat, Ini Pesan Dinkes Bengkulu Selatan, Terapkan 5 M Plus
Ditambahkan, ditengah kendala yang dihadapi seperti masalah pemasaran produk, masyarakat Desa Bang Haji harus terus berusaha melangkah dengan penuh keyakinan untuk tetap berjuang untuk memperkenalkan kerajinan anyaman yang telah lama ada di Desa Bang Haji dan juga selain untuk kebutuhan beronang tersebut bisa untuk diperjualbelikan sebagai oleh-oleh ataupun kebutuhan yang bisa digunakan oleh masyarakat luar.
"Keunggulan dari karya produk beronang adalah aneka desain produk yang menarik dan bisa menjadi kebutuhan primer," terangnya.
Diterangkan, pilihan anyaman bambu beronang juga bervariasi. Ada yang kecil untuk dijadikan alat untuk pajangan dan beronang yang besar bisa dijadikan alat untuk kebutuhan primer sehari-hari.
"Selain turut serta melestarikan warisan budaya lokal, keberadaan seni kerajinan anyaman bambu. Usaha ini dapat menyerap tenaga kerja produktif di wilayah sekitar sehingga dapat mengurangi angka pengangguran," pungkasnya. (ags)