radarbengkulu.bacakoran.co- Kucing kini semakin diakui bukan hanya sebagai hewan peliharaan yang menggemaskan, tetapi juga sebagai hewan terapi yang dapat membantu manusia mengatasi berbagai masalah kesehatan mental dan fisik.
Kehadiran kucing yang menenangkan, perilaku mereka yang lembut, serta hubungan emosional yang kuat dengan pemiliknya telah membuat kucing menjadi pilihan populer dalam terapi hewan (animal-assisted therapy), baik di rumah, rumah sakit, maupun pusat rehabilitasi.
BACA JUGA:9 Mitos Tentang Kucing yang Sebaiknya Kamu Hilangkan dari Otak dan Jangan Dipercayai Lagi
Peran Kucing dalam Terapi
Menurut Journal of Animal Psychology (2023), meskipun anjing lebih dikenal sebagai hewan terapi, kucing mulai mendapatkan perhatian karena keunikan mereka dalam memberikan ketenangan kepada orang-orang yang mengalami stres, kecemasan, atau bahkan gangguan kesehatan serius seperti PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) dan depresi.
Kucing terkenal dengan perilaku yang tidak terlalu menuntut, namun tetap mampu menjalin ikatan emosional yang kuat dengan pemilik atau pasien.
BACA JUGA:Ingin Mencari Kucing Pintar? Ini 10 Ras Kucing Paling Cerdas, Ada Havana, Siam dan Abyssinia
BACA JUGA:Kucing Bawa Tikus Tapi Tidak Dimakan, Tanda Apa Ya? Yuk Simak Ulasannya
Menurut Dr. Karen Allen, seorang psikolog hewan, "Interaksi dengan kucing dapat menurunkan tekanan darah dan kadar hormon stres, seperti kortisol. Hanya dengan mengelus bulu kucing atau mendengarkan dengkurannya, seseorang bisa merasa lebih rileks dan nyaman."
Bagaimana Kucing Bekerja sebagai Hewan Terapi?
Kucing sebagai hewan terapi sering digunakan di berbagai tempat, termasuk rumah sakit, panti jompo, dan fasilitas kesehatan mental. Berikut adalah beberapa manfaat kucing sebagai hewan terapi:
1. Mengurangi Stres dan Kecemasan
Kehadiran kucing dapat memberikan rasa nyaman dan ketenangan.