Sosiologi Ekonomi

Sabtu 07 Sep 2024 - 19:30 WIB
Reporter : tim redaksi
Editor : Azmaliar

Sayangnya Perusda harus berurusan dengan politik. Ia tipe orang yang tidak bisa mencampurkan urusan profesionalisme dengan kongkanglingkong politik. Ia hanya satu periode di Perusda. Tidak mau lagi lebih lama.

Di Jawa Pos Arif tergolong generasi pertama yang bergelar sarjana. Sebelum itu siapa saja bisa menjadi wartawan Jawa Pos –asal bisa menulis.

Arif sarjana komunikasi UGM. Lalu mendapatkan gelar S2 dari Unair. Dan kini menjadi doktor di Universitas Brawijaya.

Disertasinya mengenai swasembada gula. Yang menurut pemerintah akan tercapai di tahun 2028 –empat tahun lagi. Itu dicapai lewat restrukturisasi BUMN dan pembentukan ekosistem pergulaan.

Promotor Arif adalah Prof Dr Ir Darsono Wisadirana.

Karangan bunga berjajar sangat panjang di kampus sejuta mahasiswa itu.

UB adalah universitas dengan mahasiswa terbanyak di Indonesia: 100.000 orang. Juga pemilik prodi terbanyak.

Menurut Arif, restrukturisasi BUMN gula sangat berhasil. Sebanyak 36 pabrik gula kini berada di satu perusahaan –anak usaha holding PTPN III. Dengan demikian tidak ada lagi persaingan tidak sehat antar sesama pabrik gula. Misalnya: rebutan tebu. tebu rakyat di dekat pabrik gula A tidak lagi bisa dikirim ke pabrik gula G yang jauh.

Sejak pabrik gula BUMN disatukan di bawah satu perusahaan, dilakukanlah rayonisasi. Tebu dari kebun dekat pabrik A harus digiling di pabrik A.

Arif memang pernah menjadi komisaris di salah satu perusahaan BUMN bidang gula. Rupanya ia terus mengamati apa yang terjadi. Lahirlah disertasi ini: Arif memperoleh predikat cumlaude.

Saat diminta bicara, saya bertanya pada promovendus: setelah jadi doktor akan ke mana, kerja apa.

Saya memang pernah punya kesimpulan: masa depan terbaik wartawan adalah menjadi dosen. Dosen yang ilmunya banyak.

Saya pernah mendorong wartawan untuk jadi pebisnis. Banyak gagal. Wartawan itu punya jiwa mudah terharu. Pebisnis tidak boleh mudah terharu.

Saya juga sering mendorong wartawan jadi politisi. Banyak juga yang gagal: wartawan terlalu sering memakai hati nurani. Jadi politisi tidak perlu punya hati nurani.

Saya berpendapat, saat itu, seseorang yang sudah 10 tahun jadi wartawan sebaiknya kuliah lagi mengambil S2. Dengan biaya sendiri. Kalau berhasil lulus semua biaya S2 diganti Jawa Pos.

Dengan gelar S2 mereka bisa jadi dosen. Apalagi S3. Tidak perlu lagi harus habis-habisan banting tulang di lapangan. Akan kalah dengan wartawan yang muda-muda.

Kategori :

Terkait

Rabu 20 Nov 2024 - 21:08 WIB

Bergodo Kebogiro

Senin 18 Nov 2024 - 21:06 WIB

Tafsir Iqra

Sabtu 16 Nov 2024 - 19:23 WIB

Pemerintahan Sederhana

Kamis 14 Nov 2024 - 20:29 WIB

Halaman Belakang

Rabu 13 Nov 2024 - 20:58 WIB

Doktor Irwan