Executive Forum SEVIMA, Ratusan Rektor Rumuskan 3 Tips Kampus Agar Digandrungi Gen Z

Senin 05 Aug 2024 - 07:46 WIB
Reporter : tim redaksi
Editor : syariah m

 

radarbengkulu.bacakoran.co - Saat ini kampus sedang dalam masa pendaftaran mahasiswa baru. Tapi sayangnya, kampus swasta terus mengalami kekurangan mahasiswa, dengan jumlah pendaftar yang menurun sebesar 15% setiap tahun. Fenomena ini sangat disayangkan karena target Indonesia Emas 2045 memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. 

Hal ini diungkapkan oleh Dr Budi Djatmiko, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta , dalam Executive Forum SEVIMA, pada Kamis (01/08). Budi Djatmiko berpendapat bahwa fenomena ini tak bisa dilepaskan dari perbedaan demografi calon mahasiswa yang saat ini adalah para Gen Z (remaja kelahiran 1997-2012). Oleh karena itu, kampus perlu segera beradaptasi agar digandrungi Gen Z.

"Kampus bahkan negara perlu ambil sikap, agar jangan sampai kualitas pendidikan Indonesia menurun. Dari 4.500 kampus se-Indonesia, hanya sekitar 100 yang negeri. Jadi kalau kampus swasta kekurangan pendaftar, artinya kualitas pendidikan menurun, dan Indonesia akan kekurangan SDM unggul!," ungkap Budi Djatmiko.

Diselenggarakan di Ballroom Santika Gubeng Surabaya Jawa Timur bersama ratusan rektor se-Indonesia, Executive Forum SEVIMA membahas tantangan pendidikan tinggi serta bagaimana kampus dapat beradaptasi dengan kebutuhan dan ekspektasi Gen Z sebagai calon mahasiswa.  Berikut tiga tipsnya:

1. Pahami Gen Z dan Konteks Tantangan di Era Digital

Adaptasi menurut Budi Djatmiko, menurutnya perlu dimulai dengan perubahan mindset dari para pimpinan kampus. Jika generasi sebelumnya belajar untuk menciptakan robot dan teknologi digital, generasi saat ini sudah mengenal keduanya sejak lahir dan tumbuh besar. Sehingga, Gen Z pasti berekspektasi untuk belajar di ekosistem yang mendukung teknologi.

"Kalau dulu saya belajar bubut, mengelas, elektronik, dan teknologi ketika kuliah, generasi sekarang ini kenal teknologi bahkan dari bayi. Bahkan robot sekarang sudah menyerupai manusia. Jadi kampus juga harus mampu menawarkan pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan Gen Z yang melek teknologi digital. Kampus swasta harus beradaptasi dengan fenomena ini, dan negara harus mendukung kampus swasta!,” kata Budi Djatmiko.

2. Bangun Reputasi Kampus

Ketika sudah memahami konteks, maka tips kedua adalah mengenalkan kepada publik bahwa sebuah kampus sudah mampu menyediakan ekosistem dan fasilitas digital yang mumpuni. Dengan demikian, kampus akan lebih menarik bagi Gen Z.

Wikan Sakarinto PhD misalnya, mencontohkan bagaimana Akademi Inovasi Indonesia menerapkan Teaching Factory. Dengan konsep tersebut, kurikulum mahasiswa didesain berbasis praktik, dan hasil praktikumnya jadi produk yang dapat dijual langsung lewat berbagai media sosial. Akhirnya kampus yang ia pimpin tersebut digandrungi pendaftar, bahkan bisa menggratiskan biaya perkuliahannya.

"Gen Z tidak bisa lagi didikte, diceramahi, diberitahu benar salah saja. Tapi harus diajak praktek langsung, dan prakteknya lebih bagus jika sekaligus seperti pengalaman kerja," ungkap Wikan.

Berbagai pengalaman peningkatan reputasi kampus juga dikisahkan dalam Executive Forum SEVIMA. Prof Achmad Jazidie Ketua LPT Nahdlatul Ulama Jawa Timur, membangun kepercayaan atas kualitas kampusnya dengan cara meraih akreditasi unggul dari Pemerintah hanya di waktu sepuluh tahun semenjak kampus tersebut didirikan. Prof Sri Gunani dan Prof Suprapto dari ITS Surabaya, berbagi pengalamannya atas publikasi raihan penghargaan dari UNESCO serta penciptaan berbagai inovasi kekayaan intelektual (HAKI).

Senada, Dr Sukadiono Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur mengisahkan pengalamannya menjadi sponsor klub sepakbola Persebaya dan menyebarluaskannya lewat berbagai media sosial.

Sedangkan Endang Kusmana dari Politeknik Negeri Ketapang, mengisahkan bagaimana teknologi digital bisa menjadi kebanggaan bagi calon mahasiswa dari daerah terpencil (3T) ketika memutuskan berkuliah.

Kategori :