Setelah Indonesia merdeka dan waktu pembentukan Provinsi Bengkulu, tanah ini akhirnya kembali ke pemerintah Indonesia.
Warga yang tinggal di daerah ini diberi jatah tanah setengah hektare, sedangkan keluarga Liem juga diberi tanah. Sedangkan Liem sendiri tidak tahu lagi kemana perginya.
mantan Lurah Kebun Tebeng, Jihatain S.Pd yang dihubungi Radar Bengkulu secara terpisah kemarin mengatakan bahwa kelurahan Kebun Tebeng ini tanahnya memang tidak datar. Tanahnya itu bergelombang. Turun naik. Luas daerah ini ada 70 hektare.
Dari 70 hektare itu, 40 hektare diantaranya adalah daratan. Sedangkan 30 hektare lainnya merupakan rawa-rawa.’’Tahun 1970 masih banyak tanah rawa,’’jelasnya.
Daerah ini penduduknya ada 5.231 jiwa. Sedangkan jumlah kepala Keluarga (KK) ada 1.301. Mereka ini tersebar di 18 rukun tetangga (RT) dan 4 Rukun Warga (RW).
Letaknya, sebelah utara berbatasan dengan Sawah Lebar, sebelah barat dengan Padang Jati, sebelah selatan dengan Tanah Patah dan sebelah timur dengan Panorama.
Mata pencarian penduduknya pun beragam. Ada PNS, pensiunan, TNI dan Polri,pedagang, petani dan swasta.’’Yang paling banyak ada swasta. Di daerah ini banyak juga terdapat showroom kendaraan, mesjid, gereja, PO Bus, Bank Syafir, usaha roti, usaha tahu, bengkel-bengkel.
Penduduk di darah ini juga banyak yang miskin. Pada tahun 2009 yang dapat jatah beras miskin itu 161 KK, namun tahun 2010 ini yang dapat jatah itu hanya 96 KK. Karena banyak yang tak kebagian tahun 2010 ini, maka mereka bertanya-tanya kenapa tak kebagian. Daripada ribut nantinya, akhirnya dirembukkan kembali. Hasil kesepakatan warga itu, akhirnya yang dapat tahun 2009 itu dapat juga. Beras itu akhirnya dibagi rata. Hanya saja, jumlah yang didapat jadi berkurang. Kalau biasanya dapat 13 kg, kini hanya dapat 7,5 kg.’’Untuk lebih praktisnya, akhirnya beras itu ditebus 2 bulan sekali. Sehingga dapatnya tetap 13 kg.’’
Yang lebih menarik, di daerah ini ada kebun warga berupa kebun sayur. Jumlah yang menggarapnya ada 43 KK. Kebun sayur ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sayur warga Kota. Untuk memasarkannya juga tidak payah. Sebab pedagang terkadang langsung datang ke kebun untuk mengambilnya.(*)
BACA JUGA:Muswil II, Ini Dia Calon Ketua Ikatan Alumni IKIP/UNP Padang
BACA JUGA:Upacara HBA ke-64 Kejari Mukomuko, Jaksa Agung: Netralitas Adhyaksa, Harga Mati!
BACA JUGA:Gubernur Bengkulu Sudah Susun Strategi Penurunan Angka Kemiskinan dan Stunting