Pada masa mudanya, Lafran Pane menempuh pendidikan di sekolah dasar dan menengah di Padang Sidempuan sebelum melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia) di Yogyakarta.
Disinilah, pada 5 Februari 1947, Lafran bersama rekan-rekannya mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi ini bertujuan untuk menciptakan mahasiswa Muslim yang memiliki wawasan kebangsaan, keislaman, dan keilmuan yang luas. HMI kemudian berkembang menjadi salah satu organisasi mahasiswa terbesar dan berpengaruh di Indonesia, dengan banyak anggotanya yang menjadi tokoh penting dalam pemerintahan, politik, dan berbagai sektor lainnya.
Lafran Pane dikenal sebagai sosok yang sederhana, gigih, dan memiliki visi yang jelas. Ia terus berjuang untuk mempertahankan integritas dan independensi HMI, meskipun banyak tantangan dan tekanan dari berbagai pihak. Dedikasinya terhadap dunia pendidikan dan pembinaan generasi muda sangat terlihat dari berbagai kiprahnya, baik sebagai pendidik maupun sebagai tokoh organisasi.
BACA JUGA:Pemkab BU Gelar Rakor Bersama Bulog, Jaga Pasokan dan Stabilitas Harga Pangan
BACA JUGA:Deklarasi Desa Anti Politik Uang
Pada 9 November 2017, Lafran Pane secara resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo. Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan, memajukan pendidikan, dan meningkatkan kesadaran beragama serta kebangsaan di kalangan mahasiswa Indonesia.
Latar belakang film yang mengisahkan kehidupan Lafran Pane bisa menggambarkan perjalanan hidupnya dari masa kecil hingga menjadi tokoh nasional.
Film ini dapat menyoroti perjuangan Lafran dalam mendirikan HMI, tantangan yang dihadapinya, serta kontribusinya dalam dunia pendidikan dan politik. Selain itu, film ini juga bisa menampilkan sisi pribadi Lafran Pane yang penuh dengan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan, serta bagaimana ia menginspirasi banyak generasi muda Indonesia.