’’Mereka itu kebanyakan menyewa rumah penduduk.’’
Di samping itu, ada pula yang membeli tanah untuk rumah. Di tanah yang mereka beli itu ada pula yang sambilan berkebun.
Namun lokasi kebunnya, dia tidak tahu secara pasti. Karena, orangtuanya dahulu tidak menjelaskan lokasi kebunya. Sedangkan dia sendiri juga tidak sempat menanyakan lokasi Kebunnya itu.
Karena daerah ini banyak orang Keling dan ada pula yang memiliki kebun, maka warga menyebutnya daerah ini dengan Kebun Keling. Yaitu, kebun milik orang Keling dari India.
Pada zaman dahulu, lanjutnya, daerah Kebun Keling ini bukan hanya dihuni orang Keling dari India itu saja. Akan tetapi juga ada penduduk pribumi, Minang, Jawa. Jumlah penduduk pribumi itu juga tidak terlalu banyak. Hidup mereka damai dan tidak ada gesekan.
Warga pribumi, termasuk orangtua Zainul juga menyambut baik kehadiran orang Keling ini. Sebab, mereka baik hati dan tidak mengganggu penduduk. Bahkan, menurut cerita yang dia dengar, ada yang menikah dengan orang pribumi.
Karena daerah ini dahulunya belum ada nama, maka orang akhirnya menyebut daerah ini dengan nama Kebun Keling. Nama itu menyebar dari mulut kemulut. Bahkan sekarang nama itu masih lengket dan diresmikan jadi nama Kelurahan Kebun Keling.
Mantan Lurah Kebun Keling, Darul Ibadi SE yang ditemui Radar Bengkulu di ruang kerjanya kemarin mengatakan bahwa daerah Kebun Keling ini termasuk daerah kawasan Wisata Pantai. Daerah ini memiliki luas 16 hektare.
BACA JUGA:Pelabuhan Tapak Paderi Bengkulu Saksi Bisu Peristiwa Sejarah Kehadiran Inggris
Daerah yang letaknya sebelah utara berbatasan dengan Samudera Indonesia, selatan dengan Kelurahan Jitra, Timur dengan Kebun Roos dan Barat dengan Malabro ini memiliki penduduk sebanyak 410 Kepala Keluarga (KK) dan 1200 jiwa. Daerah ini terdiri dari 6 Rukun Tetangga (RT) dan 2 Rukun Warga (RW).
Penduduknya itu terdri dari berbagai etnis suku bangsa. Antara lain Tionghoa, Minang, Palembang, Jawa, penduduk asli Bengkulu. Mata pencariannya juga berbagai macam. Antara lain pedagang, buruh, PNS, nelayan.Dari 410 KK penduduknya itu, 109 diantaranya termasuk miskin dan mereka mendapatkan jatah beras miskin dari pemerintah.’’Yang miskin ini kebanyakan buruh dan nelayan,’’jelasnya.
Fasilitas yang ada di daerah ini antara lain ada Benteng Marlborough, objek wisata Pantai Tapak Paderi, Bank Indonesia, Polres, Bengkulu, Balai Adat Agung,.
Lebih lanjut dikatakannya, daerah ini termasuk kawasan padat penduduk. Untuk membangun rumah, pihak Pemda belum melibatkan kelurahan.
’’Kita sudah usulkan kalau membuat rumah itu jangan langsung saja. Kalau ada masalah nanti, kita yang repot menyelesaikan. Kalau kita dilibatkan untuk rekomendasi, kan enak mengaturnya. Kalau muncul masalah, akan mudah diselesaikan,’’paparnya.(*)