Artinya: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS: 21: 69);
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Selanjutnya Allah SWT kembali mengujinya. Dia memerintahkan Nabi Ibrahim berseberangan dengan kaumnya, dan meninggalkan tanah airnya berhijrah menuju ke negeri Syam. Tidak berhenti disitu saja, Allah SWT mengujinya dengan ujian yang sangat berat. Yaitu diperintahkan menyembelih buah hatinya Ismail dengan tangannya sendiri. Anak semata wayangnya yang diperolehnya di usia senjanya, maka dia pun tidak gentar dan melaksanakan perintah Allah tersebut. Dia tidak terpengaruh oleh rasa sayang dan cintanya yang sangat mendalam kepada putranya yang selama ini dipingitnya, meskipun Iblis mengoda mereka. Kisahnya kemudian diabadikan di dalam Alquran, Allah berfirman:
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku, Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; in shaa Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar."
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Nabi Ibrahim AS juga dikisahkan dalam Alquran sebagai pemimpin bagi segenap umat manusia, “Inni ja’iluka linnasi imaman” (Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi seluruh umat manusia). Lalu Nabi Ibrahim AS berdo’a supaya kelak keturunannya juga bisa diangkat menjadi pemimpin, namun Allah memberi syarat bahwa yang berhak menjadi pemimpin dari umat dan keturunanmu kelak hanyalah mereka yang tidak zalim ‘La yanalu ‘ahdi az Zhalimin’. (QS. [2]: 124).
Al-Qur’an membahasakan pemimpin dengan sebutan imam yang berasal dari kata amam atau di depan. Begitu urgennya kepemimpinan, sehingga Rasulullah Saw mewajibkan mengangkat pemimpin kapan dan dimana pun berada. Bahkan dalam perjalanan sekalipun.
Kata khalifah juga kerap digunakan dalam Alquran sebagai pemimpin, sebagaimana Allah menjadikan Nabi Adam AS sebagai khalifah fil ardhi, pemimpin di muka bumi. Begitu pentingnya peranan kepemimpinan, sehingga setiap kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dirahmati Allah.
Di bulan Zulhijjah atau bulan Hajji ini, dimana di dalamnya terdapat dua syariat agung yang bersumber dari Nabi Ibrahim AS. Yakni ibadah Haji dan kurban. Ada baiknya kita semua bersama-sama menelaah kembali makna kepemimpanan imamah yang telah diemban oleh Nabi Ibrahim AS.
Ada beberapa prasyarat menjadi pemimpin pada umat dan keturunan Nabi Ibrahim AS adalah berlaku adil, tidak zalim, demokratis, selalu mengedepankan prinsip musyawarah dan mufakat dalam mengeluarkan kebijakan, dan harus menjadi contoh dalam ketaatan menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Inilah pemimpin dambaan umat setiap masa dan tempat.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Terhormat.
Lihat tidak banyak orang yang sukses melahirkan orang yang sukses pula. Sungguh jauh berbeda dengan Nabi Ibrahim AS yang melahirkan dua orang nabi sekaligus menjadi pemimpin umat. Yakni Nabi Ismail AS dan Nabi Ishaq AS.
Dari jalur dua nabi ini, dari nasab Ismail terlahir Nabi Muhammad Saw. Sementara dari jalur Ishaq terlahir Nabi Ya’qub AS dan dari Nabi Ya’qub AS terlahir semua nabi yang berasal dari Bani Israil.
Lebih jauh lagi, Nabi Ibrahim AS adalah seorang pemimpin yang memiliki misi dan visi masa depan. Sebagaimana tercermin dalam doa dan harapannya, tentang negeri Mekah dan Ka’bah yang dibangunya bersama Ismail, tentang kiprah anak keturunannya di masa depan.
Semua itu di dalam bingkai “dakwah yang berkelanjutan.” Bukan karena ambisius syahwat politik dan nafsu melanggengkan kekuasaan. Harapannya, saat Allah SWT mengangkatnya sebagai khalifah umat manusia, maka anak keturunannya akan terlahir pula pemimpin umat. Hal ini terekam dalam firman Allah dalam Alquran: