RADAR BENGKULU - Kondisi Pertashop (Pertamina Shop) di wilayah Bengkulu kini tengah menghadapi tantangan serius yang membayangi keberlangsungan usahanya. Sejak awal didirikan untuk menjual BBM non-subsidi dan LPG non-subsidi, Pertashop kini merasakan dampak serius dari ketidakmampuannya bersaing di pasaran.
Omset penjualan yang merosot tajam dan rendahnya minat konsumen menjadi salah satu penyebab utama kebangkrutan yang mengancam Pertashop. Produk dagangannya, khususnya BBM non-subsidi, semakin sulit terjual, mengakibatkan banyak outlet tutup di berbagai daerah.
Selain itu, kebijakan pemerintah dalam penetapan harga BBM non-subsidi seperti Pertamax dan Pertalite dengan selisih yang terlampau jauh menjadi faktor utama penurunan minat konsumen terhadap Pertashop. Para pengusaha Pertashop yang menggunakan modal pinjaman KUR dari bank juga menghadapi kesulitan serius, dengan angsuran yang terus berjalan tanpa dapat memenuhi bunga pinjaman ataupun pengembalian pinjaman.
BACA JUGA:Inflasi Kota Bengkulu Naik Menjadi 3,08 Persen
BACA JUGA:Anggota TNI Gugur Lagi di Papua, IMPA Demo di Depan Kantor DPRD Provinsi Bengkulu
Ketua Umum Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI), Steven, mengungkapkan keadaan kritis ini. "Kondisi usaha Pertashop untuk saat ini memang sedang terpuruk. Dimana selisih harga atau harga itu terlampau jauh yang membuat omset penjualan dari rekan-rekan Pertashop menurun drastis."
Menurut Steven, di wilayah Bengkulu, sekitar 20 persen Pertashop telah mengalami penutupan atau berhenti beroperasi. Dari total 206 Pertashop di wilayah ini, sebagian besar tutup terutama di daerah Benteng (Bengkulu Tengah), Manna (Bengkulu Selatan), Seluma, dan Bengkulu Utara.
Dalam upaya mengatasi permasalahan ini, HPMPI menunggu keputusan dari Pertamina Patra Niaga terkait izin menjual BBM jenis Pertalite dan LPG subsidi. Meskipun janji telah diberikan beberapa waktu lalu, hingga kini belum ada realisasi yang terealisasi.
BACA JUGA:Aneh, Ketua Komisi I DPRD Provinsi Soroti Tunggakan Pajak Kendaraan Dinas
BACA JUGA:Awal Januari 2024, Jembatan Elevated Danau Dendam Tak Sudah Diresmikan
"Sebelumnya sempat disampaikan kepada kami semua melalui Himpunan Pengusaha Muda Indonesia bahwa kita akan diizinkan untuk menyalurkan BBM Pertalite, namun hingga saat ini belum kunjung terealisasi. Dan juga untuk LPG subsidi itu sampai saat ini juga baru hitungan jari yang terealisasi yang menjadi pangkalannya," ungkap Steven.
Steven berharap pemerintah turut berperan dalam menyelesaikan permasalahan ini untuk menyelamatkan program Pertashop dan mempertahankan usaha para pelaku industri ini. "Harapan kita ke depannya pemerintah juga mengambil andil ya dalam hal ini, untuk menyelamatkan ataupun mempertahankan program Pertashop ini. Sehingga kedepannya rekan-rekan terus dapat memperjuangkan nafkah dari seluruh anggota keluarga ataupun dari para operator yang menaruh hidupnya di usaha Pertashop ini," pungkasnya.
Semoga langkah-langkah konkrit dapat segera diambil untuk memberikan solusi terbaik bagi Pertashop di Bengkulu agar dapat bertahan dalam kondisi yang sulit ini. (wij)