"Melalui CCTV, kita bisa memonitor apakah ada pembelian yang tidak wajar atau ada pihak-pihak yang memanfaatkan kondisi saat ini," tambah Farid.
Kolaborasi dengan Aparat Penegak Hukum
Pertamina juga meminta Mitra SPBU untuk berkoordinasi dan bekerjasama dengan aparat penegak hukum guna mengoptimalkan penyaluran BBM. Terutama pada SPBU di lokasi strategis atau yang sering mengalami penumpukan pembeli.
"Kami juga meminta SPBU untuk bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk mengatur antrean dan pembelian. Ini sudah dilakukan seperti di SPBU 6,5 Kota Bengkulu yang telah meminta bantuan dari Polsek setempat untuk membantu mengatur pembelian dan antrean. Untuk SPBU di wilayah Bengkulu Utara, kami juga sudah menyampaikan agar mereka bekerjasama dengan aparat untuk memastikan tidak ada pengecer atau penimbun yang membeli BBM di SPBU," jelas Farid.
Pertamina memastikan bahwa tidak ada toleransi terhadap pengecer atau penimbun BBM yang melakukan pembelian di atas batas normal.
"Di sisi kami, tidak ada perubahan dan kami tetap melarang dan menolak pembelian bagi pengecer atau penimbun. Kami lakukan penolakan di SPBU," tegasnya.
Farid memastikan bahwa Pertamina tetap menyalurkan BBM secara optimal kepada masyarakat meskipun ada insiden kebocoran pipa di Pulau Baai. Stok BBM masih mencukupi dan dapat dipenuhi dari depo-depo di provinsi tetangga.
"Meski ada insiden di Pulau Baai, penyaluran BBM tidak ada masalah. Stok yang kami salurkan ke SPBU tetap sesuai permintaan. Yakni 16 kiloliter per hari," tutur Farid.
Dengan langkah-langkah antisipasi ini, Pertamina dan Pemerintah Provinsi Bengkulu berupaya memastikan bahwa masyarakat tetap mendapatkan pasokan BBM yang stabil dan mencukupi selama masa perbaikan pipa berlangsung.