OLEH: AZMALIAR ZAROS
RADAR BENGKULU - Setiap hari Fatmawati menerima surat dari Bung Karno berupa kartu pos yang bergambar dengan tulisan ''Salam Manis'' disertai gambar coretan berbentuk seekor kumbang dengan bunga.
Karena sering menerima surat, Fatmawati jadi malu terhadap pengantar pos pembawa surat yang selalu tersenyum jika sedang memberikan surat padanya yang biasanya isinya sama. Sekali-kali dia juga dikirimi surat via kurir.
Fatmawati juga sering berjumpa dalam acara rapat-rapat atau waktu di mesjid dimana Bung Karno sering memberikan ceramahnya.
Seperti telah diceritakan bahwa Bung Karno minta pendapat dari tokoh Kyai Mas Mansyur (Hoofd Bestuur Muhammadiyah) di Yogyakarta, ternyata minta juga nasihat dari bapak Mansyur, konsul Muhammadiyah di Sumatera Barat.
Kesimpulannya, Bung Karno harus ke Jawa dahulu untuk menyelesaikan persoalan pribadinya untuk menjaga nama baiknya sebagai pemimpin rakyat andaikata dapat persetujuan.
Namun kemudian ternyata Fatmawati harus menunggu sampai hampir empat tahun lamanya dengan segala liku-liku situasi sebelum akhirnya menjadi istri Bung Karno.
BACA JUGA:Soekarno: Ayah, Ketahuilah Jika Fatmawati Tidak Kudapat dan Bestaat Sukarno Niet Meer
Entah mengapa, mungkin karena kehendak Tuhan, Fatmawati secara tak sadar bersedia menunggu selama itu.
Surat-surat Bung Karno jarang sekali dibalasnya. Sebab. walaupun diakuinya dia sudah mulai terpikat kena daya pesona Bung Karno yang gagah itu. Dia tetap masih terombang -ambing oleh perasaannya sendiri.
Semua kejadian itu adalah pada permulaan tahun 1939. Dia akhirnya baru nikah pada bulan Juli 1942, ketika Indonesia sudah diduduki oleh tentara Jepang dan Belanda sudah beberapa bulan tunduk atau lari ke Australia.
Tahun 1939 perang dunia ke II meletus di Eropa. Indonesia sebagai negara jajahan Belanda dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan meluasnya perang sampai ke Asia. Perang Pasifik pecah pada 7 Desember 1941, ketika tentara kerajaan Jepang mulai perang terhadap sekutu (Inggris-Amerika dan Belanda).
Jepang menyerang Honolulu secara mendadak untuk melumpuhkan kekuatan armada Amerika Serikat dalam sekali pukul.
Di Indonesia, juga di Bengkulu, penduduk kota diatur oleh Belanda untuk mengadakan persiapan dan latihan. Seperti pengamanan kota dalam bentuk Stadwacht, semacam hansip, pembelaan terhadap serangan udara dan penolong korban-korban perang. Terutama korban kemungkinan pemboman dari pesawat terbang.(bersambung)