Inilah Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (23) -
''Ayah, Ketahuilah Jika Fatmawati Tidak Kudapat dan Bestaat Sukarno Niet Meer," OLEH: AZMALIAR ZAROS RADAR BENGKULU - Namun demikian, bagaimanapun juga Fatmawati adalah tetap seorang wanita dan tidak senang menyakiti sesama kaumnya. Dia tidak suka merusak kebahagiaan rumah tangga yang sudah berdiri dan lama dibina itu. Apalagi kalau dia teringat bagaimana keadaan ibunya waktu ayahnya tidak ada. Ia kasihan. Terharu dan terombang-ambing. Dua perasaan yang saling bertentangan, bergulung, berkecamuk di dalam hatinya. Kembali ia memohon petunjuk dari Tuhan. Ia tekun sembahyang dan berdoa agar Bung Karno tak putus asa dan diberi penuh kesabaran . Umur, rezeki, jodoh berada di tangan Tuhan.''Ya, Tuhan berilah hambamu petunjuk agar dalam menentukan pilihan jangan sampai salah,'' Demikianlah doa Fatmawati. Ayahnya dalam menghadapi persoalan ini berembuk dengan Dr. Waroruntu dan Dr Jamil . Dr. Jamil menyarankan agar jangan menerima lamaran itu. ''Bukannya aku tidak senang kepada Bung Karno. Sekali-sekali tidak. Saranku ini berdasarkan pertimbangan agama. Ingatlah itu istri nabi yang akan dimadu. Bibirnya mengatakannya, namun ternyata pohon tempat ia bersandar mati kepanasan dan telur yang sedang dibawanya menjadi matang. Pertimbangan dokter ini dapat diterima juga. Memang argumentasinya tepat. Kemudian dilanjutkan oleh Dr Jamil. ''Andaikata Bung Karno masih sendirian adalah merupakan masalah yang lain lagi. Tapi semua terserah saudara HasanDin.'' Selang beberapa waktu ayah Fatmawati memberi jawaban kepada Bung Karno, bahwa ayah dan aku keberatan. Sebab, beliau mempunyai istri dan anak. Takut kalau nanti menimbulkan efek yang kurang baik kepada semua pihak. Selanjutnya Fatmawati tidak tahu lagi perkembangan dari pembicaraan antara ayah dan Bung Karno. Hanya, akhirnya Fatmawati tahu Bung Karno mengatakan pada ayah: ''Ayah, ketahuilah jika Fatma tidak kudapat dan bestaat Sukarno niet meer (maka Sukarno tak akan ada di dunia ini lagi!-red). Kemudian Bung Karno berkata kepada ayahku bahwa aku harus menunggu 6 bulan dan kemudian akan menjadi istri Bung Karno. ''Fat jangan dikasihkan pada orang lain,'' Inilah kata-kata yang dikatakannya pada ayahku. Kemudian menjadi jelas bagiku apa maksud Bung Karno dengan minta tempo 6 bulan. Setelah cukup 6 bulan persoalan pribadinya belum juga selesai, Fatmawati tak dapat menggambarkan betapa persaanya waktu itu. Bung Karno memohon agar Fatmawati menunggu lagi. BACA JUGA:Inilah Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (21) - Bung Karno Nyatakan Cintanya Kepada Fatmawati BACA JUGA:Inilah Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (20) - Tante Hendak Mengambil Fatmawati jadi Menantu BACA JUGA:Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (19) - Fatmawati Berbaikan dan Berpotret Bersama Pertama Kali BACA JUGA:Inilah Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (18) - Fatmawati Ikut Menjaga Pameran Kerajinan Sekolah Bung Karno sendiri rupanya menerima dan menyanggupi syarat bahwa Fatmawati tidak akan dimadu. Jadi, harus ada lebih dahulu penyelesaian yang baik dengan Ibu Inggit. Hal itu ternyata kemudian oleh Bung Karno dirundingkan di kalangan sahabat-sahabat karibnya dari kalangan perjuangan. Seperti Kyai Mansyur, Ki Hajar Dewantara, Drs. Moh Hatta, Mr Sartono dan lain-lainnya. Belakangan aku ketahui bahwa Bung Karno didampingi Kyai Mansyur, mengantarkan Ibu Inggit ke Bandung, ketempat asalnya. Setelah itu Jepang menduduki Indonesia. Dan Fatmawati masih tinggal di Bengkulu. Sementara itu Fatmawati menjalani masa penantian dengan penuh tanda tanya.(bersambung)
Kategori :