BACA JUGA:Peresmian Meriah, Vihara Rukun Maitreya Dipugar Total
"Alasannya biar kalau gue marah-marahin dia, si dia gak denger," jelas ananda.
Maksudnya adalah ketika ia memarahi toples "bajilak", toples "love" tidak akan mendengar perkataan yang buruk ataupun negatif.
Dalam eksperimennya tersebut, ia terus melakukannya setiap hari.
Toples "bajilak" akan terus diberi kata-kata negatif, sedangkan toples "love" akan terus diberi kata-kata positif dan selalu diberikan ciuman ataupun pelukan sebelum berangkat.
Setelah 3 minggu dari eksperimen tersebut, hasil dari beras tersebut sangat berbeda.
Beras yang didalam toples "bajilak" menjadi bubur dan jelek hingga tidak berbentuk beras lagi, sedangkan toples "love" walaupun tidak terlalu bagus, namun beras dalam toples tersebut masih dalam berbentuk beras dan lebih baik daripada toples yang satunya.
"Definisi masak pakai cinta itu ada, mungkin bahannya cuman telur dan garam, tapi karena dimasak pakai cinta, rasanya tuh kayak wagyu A5," ujar ananda dalam video tiktoknya.
Walaupun aneh, tapi itu bukanlah hal yang penting.
Yang penting itu adalah kita tau bahwa kata dan pikiran memang se powerfull itu.
"Pantesan setiap mikir yang jelek-jelek pasti selalu kejadian, karena energinya sekuat itu. Kebayang ga sih ketika bilang hal-hal buruk ke tubuh lo setiap hari, setiap lo ngaca. Jadi hati-hati guys." tutupnya.
Lalu, bagaimana hal itu bisa terjadi dan apakah ada penjelasan ilmiah dibalik eksperimen tersebut ?
Jawabannya ada ya, eksperimen ini pernah dilakukan pertama kali dan dipopulerkan oleh Dr. Masaru Emoto yang seorang peneliti berkebangsaan Jepang yang menyimpulkan bahwa air itu hidup dan dapat merespons apa yang disampaikan manusia kepadanya.