RADAR BENGKULU, ARGA MAKMUR - Ribuan Umat Hindu Bali di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu menggelar pawai ogoh-ogoh di Desa Rama Agung, Minggu 10 Maret 2024.
Pawai Ogoh-ogoh ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Bali di Bengkulu Utara dalam rangka menyambut perayaan Hari Raya Suci Nyepi.
Made Sunardi (40), Pendamping Pemangku Banjar Adat Dharma Santi mengatakan Pawai Ogoh-ogoh ini merupakan bentuk pemaknaan atau simbolis bhuta kala yang melambangkan kekuatan buruk, ketidakmurnian, ketidaksadaran yang dapat mempengaruhi hidup manusia.
"Seperti Ogoh-Ogoh ini pasti rata-rata bentuknya jelek, ini ada yang seperti pocong," ujar Made Sunardi.
Tak hanya itu, dijelaskannya juga bahwa Ogoh-Ogoh ini diarak atau diparadekan mengelilingi wewidangan desa untuk mengusir butha kala yang dilakukan pada menjelang malam hari, sehari sebelum Hari Suci Nyepi.
Pelaksanaan mengarak Ogoh-Ogoh ini menyampaikan sebuah pesan jika manusia harus saling menjaga alam dan sumber daya untuk tidak merusak lingkungan sekitarnya.
BACA JUGA:Penyaluran DAK Fisik di Provinsi Bengkulu Belum Terlaksana
BACA JUGA:Kue Berbuka Puasa Khas Bengkulu yang Empuk dan Perlu Anda Coba
Setelah diarak, Ogoh-Ogoh yang merupakan simbol-simbol jahat tersebut dibakar hingga habis dan disaksikan oleh para pemangku adat.
Pemaknaannya adalah pada Hari Suci Nyepi 11 Maret 2024 tahun ini umat Hindu Bali bisa menjalankan ibadah Nyepi dengan khusyuk.
Pawai atau arakan Ogoh-Ogoh ini menjadi salah satu wisata religi di Kabupaten Bengkulu Utara, khususnya di desa moderasi beragama Rama Agung, Kecamatan Kota Arga Makmur.
Pasalnya, dari pukul 13.00 masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara juga tampak memadati area sekitar Pura Dharma Santi, Arga Makmur.
Kedatangan masyarakat tersebut tentu untuk melihat arak-arakan Ogoh-Ogoh yang selalu dilaksanakan oleh umat Hindu Bali di Bengkulu Utara setiap tahun.
BACA JUGA:Hari Pertama Puasa, Simpang 4 Lais Ramai Pemburu Takjil
Tak hanya itu, Ogoh-Ogoh tersebut juga menjadi spot poto dadakan.