Kalau sudah sampai masjid yang terlihat hanya para orang tua di barisan terdepan.
Karena punya niat terselubung pergi ke masjid lebih awal, anak-anak akan mengambil barisan pojok belakang.
Setelah itu, anak laki-laki biasanya akan bermain terlebih dahulu di pelataran masjid, contohnya seperti bermain petak umpet atau lempar selop kalau tidak akhirnya setelah salat ada orang kebingungan mencari sandalnya yang ternyata nyangkut entah di mana.
Sedangkan anak-anak perempuan akan membawa jajan.
Kalau tidak ditegur mereka akan makan di pojok belakang, kalau ditegur mereka akan ke pelataran masjid juga dan nongkrong di sana sambil curhat.
BACA JUGA:Musrenbang Kabupaten Bengkulu Selatan Langsung Menyusun RKPD 2025
Anak-anak ini paham kalau di dalam masjid tidak boleh berisik, tetapi karena bersama gengnya, biasanya mereka akan salat sambil bercanda.
Dibilang hal yang buruk iya karena mengganggu jamaah salat, tapi sebenarnya itu juga proses mereka belajar untuk menghargai khidmatnya salat.
Ketika besar nanti mereka akan sadar bahwa apa yang mereka lakukan tidaklah baik.
2. Main Petasan Ramai-ramai
Yang sering bikin orang jantungan adalah petasan. Anak-anak biasanya akan membawa petasan yang ukurannya kecil yang bisa dibuat bermain beramai-ramai.
Kalau anak perempuan ikut biasanya akan membawa kembang api dan petasan gangsing.
3. Membangunkan Sahur
Anak zaman dulu tergolong rajin dan sangat antusias untuk bangun pagi, apalagi kalau untuk ikut keliling kampung dan teriak, "Sahurrrrr, sahurrrr!" Samil membawa gendang dan toa untuk membangunkan orang ketika menjelang subuh atau sebelum imsak.
Jadi, tidak cuma orang yang bertugas saja, biasanya anak-anak kecil atau yang remaja ini yang paling semangat ikutan keliling dan terkadang sambil membawa senter, obor, dan petungan.
Kalau tidak ikut keliling, anak-anak ini justru cepat-cepat bangun sebelum orang rumah bangun supaya dianggap keren. Kalau orang rumah sudah bangun, dia akan membantu menyiapkan makanan sebelum suara imsak berbunyi.